Tragedi di SMKN 9 Tangerang: Satpam Ditusuk Setelah Tolak Beri THR, Masyarakat Geram

Tragedi di SMKN 9 Tangerang: Satpam Ditusuk Setelah Tolak Beri THR, Masyarakat Geram

FYP Media. id – Pada Tanggal 20 Maret 2025 – Suasana SMKN 9 Kabupaten Tangerang biasanya tenang tiba-tiba berubah menjadi mencekam pada Senin, 17 Maret 2025. Seorang satpam sekolah, Karyono, menjadi korban kekerasan brutal setelah ditusuk oleh dua anggota sebuah LSM. Insiden ini terjadi setelah pihak sekolah menolak memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para pelaku. Peristiwa ini sontak mengundang perhatian luas dan memicu kemarahan masyarakat, terutama karena tindakan kekerasan ini terjadi di lingkungan pendidikan yang seharusnya aman.  [ez-toc

Hari itu, dua anggota LSM datang ke SMKN 9 dengan maksud meminta tanggapan atas surat yang telah mereka kirim sebelumnya. Surat tersebut berisi permintaan THR, namun hingga saat itu, pihak sekolah belum memberikan jawaban. Ketika mereka mendatangi ruang Tata Usaha (TU), staf sekolah menjelaskan bahwa mereka tidak memiliki kewenangan untuk memenuhi permintaan tersebut.

Namun, penjelasan itu tampaknya tidak diterima dengan baik. Suasana mulai memanas saat kedua anggota LSM ini terlibat adu mulut dengan dua petugas keamanan sekolah, Karyono dan rekannya. Saling dorong terjadi, hingga tiba-tiba salah satu pelaku menghantam kepala Karyono dengan helm. Helm itu pecah, tetapi serangan tidak berhenti di situ. Salah satu pelaku kemudian mengeluarkan senjata tajam dan menusuk Karyono berkali-kali di bagian leher, telinga, dan pinggang.

Rekan Karyono yang mencoba meleraipun tak luput dari serangan. Beruntung, beberapa staf sekolah segera bertindak, sehingga para pelaku melarikan diri sebelum sempat melakukan aksi yang lebih parah. Namun, kondisi Karyono sudah cukup mengenaskan. Dengan luka tusukan yang cukup serius, ia segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.

Baca Juga :Bikin Geram! 2 Pria Ngamuk dan Rusak Mobil di Tengah Kemacetan

Tak lama setelah kejadian, rekaman CCTV yang merekam detik-detik penyerangan itu tersebar di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat jelas bagaimana kedua pelaku menyerang dengan brutal. Warga yang melihat rekaman itu sontak geram. Banyak yang mengecam aksi tidak manusiawi tersebut dan mendesak polisi untuk segera menangkap para pelaku.

Kepolisian pun bergerak cepat. Tim gabungan dari Polresta Tangerang dan Polsek Cisoka segera melakukan pengejaran terhadap para pelaku yang melarikan diri. Polisi juga memeriksa saksi-saksi, termasuk staf sekolah dan rekan kerja Karyono, untuk memperjelas kronologi kejadian.

Insiden ini menyoroti fenomena lama yang kerap terjadi menjelang Hari Raya. Beberapa kelompok tertentu, termasuk oknum dari organisasi masyarakat (ormas) atau LSM, sering kali meminta sumbangan atau THR dari berbagai institusi, mulai dari sekolah hingga perusahaan. Dalam beberapa kasus, permintaan ini dilakukan dengan cara halus, tetapi tidak jarang juga disertai ancaman terselubung.

Baca Juga : Dukun Palsu Febri Arifin Ditangkap atas Pembunuhan Ibu dan Anak di Tambora

Kasus di SMKN 9 Tangerang ini seolah menjadi puncak dari praktik tersebut. Jika benar motifnya adalah karena permintaan THR yang ditolak, maka kejadian ini menunjukkan bagaimana praktik pemaksaan bisa berubah menjadi aksi kekerasan yang membahayakan nyawa orang lain.

Saat ini, kondisi Karyono berangsur membaik setelah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Meski luka-lukanya cukup serius, tim medis menyatakan bahwa ia berada dalam kondisi stabil. Rekan-rekannya di SMKN 9 masih dalam keadaan trauma, terutama setelah melihat bagaimana kekerasan bisa terjadi begitu cepat dan brutal di tempat mereka bekerja.

Pihak sekolah pun mengambil langkah cepat untuk meningkatkan keamanan. Koordinasi dengan aparat kepolisian dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang. Selain itu, sekolah-sekolah lain di wilayah tersebut juga mulai waspada terhadap potensi ancaman serupa.

Kasus ini tidak hanya menjadi pembicaraan di Tangerang, tetapi juga secara nasional. Banyak pihak yang mengecam tindakan keji tersebut dan meminta agar para pelaku dihukum seberat-beratnya. Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Tangerang, Ahmad Fauzi, menegaskan bahwa insiden ini harus menjadi peringatan bagi semua pihak agar praktik pemerasan berkedok sosial tidak lagi dibiarkan.

“LSM seharusnya menjadi mitra masyarakat yang membantu transparansi dan pembangunan. Tapi jika ada oknum yang justru melakukan pemerasan dan kekerasan, maka harus ada tindakan tegas,” ujarnya.

Tidak hanya itu, masyarakat juga mulai mempertanyakan keberadaan LSM atau ormas yang sering kali muncul hanya menjelang hari raya untuk meminta dana. Ke depan, regulasi dan pengawasan terhadap organisasi semacam ini harus diperketat agar kejadian serupa tidak terulang.

Kasus penusukan satpam SMKN 9 Tangerang ini adalah pengingat bahwa keamanan di sekolah harus menjadi prioritas utama. Sekolah bukan hanya tempat belajar bagi siswa, tetapi juga tempat kerja bagi banyak orang yang seharusnya merasa aman saat menjalankan tugasnya.

Insiden ini juga mengajarkan bahwa tidak boleh ada toleransi terhadap kekerasan, apa pun alasannya. Jika praktik pemaksaan dibiarkan, maka kejahatan serupa akan terus terjadi dan semakin sulit dikendalikan.

Kini, publik menunggu langkah tegas dari aparat kepolisian. Jika para pelaku segera ditangkap dan dihukum sesuai hukum yang berlaku, maka ini akan menjadi sinyal kuat bahwa kekerasan dan pemaksaan tidak akan pernah mendapat tempat di masyarakat.