Telu: Eksplorasi Rasa Fermentasi yang Memikat dari Tradisi Suku Dayak

fermentasi
Sumber Gambar: iStock

FYPMEDIA.ID – Suku Dayak adalah penduduk asli Pulau kalimantan yang tersebar di lima provinsi, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.

Salah satu kebiasaan unik suku Dayak yaitu mengonsumsi olahan ikan fermentasi yang memiliki aroma khas, disebut dengan Telu.

Telu adalah makanan tradisional yang terbuat dari berbagai jenis ikan, seperti ikan furud, patin, seluang, lais, baung, dan bandeng. 

Proses pembuatannya dimulai dengan membersihkan ikan, kemudian menambahkannya dengan garam serta beras atau singkong rebus, lalu dibiarkan di dalam toples selama kurang lebih satu minggu untuk fermentasi.

Ikan mengandung protein sekitar 18% hingga 30%. Tetapi apa dampaknya jika makanan tersebut dibiarkan selama kurang lebih satu minggu? yuk simak!

Baca juga: Ampo, Makanan Tradisional Berbahan Dasar Tanah Liat

Dalam jangka waktu satu minggu setelah proses fermentasi awal, Telu masih aman untuk dikonsumsi. 

Penelitian menunjukkan bahwa pada periode ini, jumlah bakteri yang tumbuh pada Telu masih di bawah ambang batas cemaran mikroba. Artinya, Telu tetap segar dan tidak menimbulkan risiko kesehatan selama diolah dengan baik dan menggunakan peralatan bersih.

Masalah muncul jika Telu disimpan lebih lama, misalnya hingga dua atau tiga minggu. Pada tahap ini, pertumbuhan bakteri dan jamur meningkat drastis, menyebabkan Telu menjadi tidak layak konsumsi. Bahkan, penelitian menemukan bakteri berbahaya seperti Staphylococcus, yang dapat memicu keracunan makanan.

Namun, makanan ini juga memiliki manfaat untuk kesehatan tubuh. Berikut beberapa manfaatnya:

  • Sumber Protein

Karena bahan dasarnya adalah ikan air tawar seperti ikan patin dan ikan bandeng, Telu menjadi sumber protein yang baik. Protein ini penting untuk mendukung pembentukan otot, memperbaiki jaringan tubuh, dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.

  • Kandungan Probiotik Alami

Proses fermentasi pada Telu menghasilkan probiotik alami yang baik untuk kesehatan pencernaan. Probiotik membantu menjaga keseimbangan mikroba di usus, meningkatkan imunitas, dan mencegah gangguan pencernaan seperti sembelit atau diare.

Sebagai bagian dari warisan budaya suku Dayak, Telu tidak hanya menjadi makanan tradisional, tetapi juga simbol kreativitas masyarakat lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam. 

Baca juga: 5 Makanan Indonesia Inspirasi Gastronomi Arab

Meski memiliki manfaat kesehatan dan nilai budaya, konsumsi Telu tetap perlu memperhatikan kebersihan serta durasi penyimpanan untuk menjaga keamanannya.

Melestarikan tradisi seperti Telu tidak hanya membantu menjaga identitas budaya, tetapi juga menjadi cara untuk mengenalkan kearifan lokal kepada generasi mendatang. 

Dengan pemahaman dan pengolahan yang tepat, Telu dapat terus dinikmati sekaligus dihargai sebagai bagian dari kekayaan kuliner nusantara.