FYPMedia.ID – Kebijakan dagang terbaru dari mantan Presiden AS, Donald Trump, kembali bikin geger ekonomi global. Dalam pekan ini, Trump mengumumkan tarif impor baru yang menyasar berbagai negara, termasuk mitra dagang utama AS seperti Uni Eropa, Tiongkok, India, dan bahkan Indonesia.
Yes, kamu nggak salah baca—barang-barang dari Indonesia juga kena tarif 32%! Tarif ini disebut sebagai respons Trump terhadap tarif tinggi yang diberlakukan Indonesia. Langkah ini langsung memicu kekhawatiran pelaku pasar dan jadi sorotan dunia, terutama karena imbasnya besar ke industri teknologi global.
Raksasa Teknologi Kena Imbas
Nggak butuh waktu lama, kabar ini langsung bikin saham sejumlah perusahaan teknologi besar anjlok. Data dari CNBC menyebutkan, saham Amazon, Nvidia, dan Meta mengalami penurunan lebih dari 7%. Bahkan Apple kehilangan lebih dari USD 300 miliar nilai pasar hanya dalam waktu singkat.
Sektor semikonduktor dan komputer pribadi—yang jadi tulang punggung industri teknologi—ikut terkena dampaknya. Saham perusahaan seperti Micron, HP, dan Dell mencatatkan penurunan hingga dua digit.
Tarif ini dianggap sebagai serangan langsung terhadap rantai pasok global yang selama ini mendukung pertumbuhan perusahaan-perusahaan teknologi besar. Analis memperingatkan, kebijakan ini bisa memicu perang dagang baru, dengan sektor teknologi sebagai salah satu target utama balasan negara-negara mitra.
Baca Juga: Donald Trump Cabut Aturan Anti Kripto Joe Biden 21 Februari: Era Baru untuk Aset Digital?
Eropa & Negara Lain Siap Balas
Uni Eropa juga nggak tinggal diam. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyatakan bahwa Eropa punya “banyak kartu” untuk membalas kebijakan Trump. Salah satu opsinya? Menargetkan layanan digital asal AS.
Pemerintah Prancis bahkan secara terbuka menyebut lima nama besar yang bisa jadi sasaran balas dendam: Meta, Alphabet, Apple, Microsoft, dan Amazon. Menteri Ekonomi Jerman juga mendukung langkah ini, menunjukkan bahwa balasan dari Eropa bisa benar-benar serius.
Kalau ini beneran terjadi, bisa-bisa kita bakal lihat perang tarif digital yang bukan cuma ganggu bisnis global, tapi juga bisa ngefek langsung ke kantong konsumen.
Harga iPhone Bisa Naik 40%?
Salah satu efek paling nyata yang dikhawatirkan banyak orang adalah lonjakan harga produk teknologi, khususnya gadget seperti iPhone.
Apple yang sebagian besar produksinya ada di Tiongkok tentu kena getahnya. Dengan tarif baru yang dikenakan pada produk dari Tiongkok, harga iPhone diperkirakan bisa naik sampai 40%. Bayangin aja, iPhone 15 Pro Max yang sekarang aja udah belasan juta, bisa-bisa jadi setara harga motor kalau tarif ini beneran diterapkan secara penuh.
Nggak cuma Apple. Amazon juga terdampak karena banyak produk yang dijual di platformnya berasal dari vendor-vendor asal Tiongkok. Dan buat kamu yang mikir “yaudah beli barang lokal aja”, realitanya banyak banget komponen teknologi—dari chipset, layar, hingga memori—yang masih berasal dari luar negeri, khususnya Asia.
Di tengah badai ini, ada satu kabar “agak” melegakan. Pemerintah AS mengklarifikasi bahwa tarif baru tidak akan langsung diterapkan pada semikonduktor, termasuk yang berasal dari Taiwan—negara yang jadi pusat produksi chip global.
Tapi tetap aja, analisis New York Times menyebutkan bahwa tarif dasar 10% tetap akan dikenakan pada banyak negara, dan ini bisa berdampak tidak langsung ke industri chip. Artinya, walaupun nggak kena langsung, harga dan distribusi bisa ikut terganggu.
Proyek AI Raksasa Bisa Tersendat
Tarif ini juga berpotensi menghambat ambisi besar perusahaan teknologi di sektor kecerdasan buatan (AI). Proyek-proyek besar seperti pengembangan pusat data milik OpenAI, Oracle, dan Softbank terancam karena tingginya biaya impor peralatan dan infrastruktur.
Kalau proyek AI ini tersendat, bukan nggak mungkin perkembangan teknologi yang udah kita rasain sekarang—dari chatbot sampai rekomendasi film di Netflix—akan melambat.
Baca Juga: iPhone 16 Resmi Dijual di Indonesia Mulai 11 AprilTikTok Jadi Kartu Tawar
Di sisi lain, Trump juga memanfaatkan situasi ini buat menekan Tiongkok soal TikTok. Ia menyebutkan tarif sebesar 34% terhadap Tiongkok bisa dikurangi kalau ByteDance, perusahaan induk TikTok, setuju menjual operasi TikTok di AS.
Langkah ini jadi bagian dari negosiasi menjelang tenggat waktu larangan TikTok pada 5 April 2025. Trump bahkan sempat mengklaim bahwa TikTok bisa menghasilkan setengah triliun dolar untuk AS kalau dimiliki oleh pihak Amerika—bahkan dengan kepemilikan sebagian dari dana kekayaan negara AS.
Kesimpulan: Teknologi Global di Ujung Tanduk
Suka atau nggak suka, keputusan tarif impor Donald Trump ini bukan cuma soal politik dagang—tapi bisa mengubah peta industri teknologi global. Dari harga gadget yang bakal melambung, sampai proyek AI yang terancam tertunda, semuanya bakal ngefek ke pengguna akhir: kita semua.
Kalau perang dagang ini terus bereskalasi, dunia bisa aja masuk ke babak baru yang penuh ketidakpastian. Dan ya, seperti biasa, yang paling duluan kena dampaknya adalah konsumen dan pelaku industri teknologi.