Ringgit Malaysia Anjlok Parah! Ini Penyebabnya

Ringgit Malaysia Anjlok Parah! Ini Penyebabnya

FYPMedia.id – Mata uang Malaysia, yakni Ringgit Malaysia (MYR) mengalami anjlok ke level terendah sejak krisis moneter 1998. Berdasarkan laporan Straits Times yang dilansir dari detik pada Selasa (7/11), per Oktober 2023 kemarin, nilai tukar ringgit melemah hingga 8% terhadap dolar AS. Tercatat pada posisi ringgit Malaysia berada pada level 4.7607 per dolar AS. Hal ini menjadikan ringgit sebagai mata uang dengan kinerja terburuk di ASEAN.  Faktor yang melatarbelakangi ini adalah ringgit Malaysia terbebani oleh kenaikan dolar AS dan perbedaan suku bunga yang lebar dengan Amerika Serikat.

Diketahui, pada 1998, level terendah ringgit Malaysia pernah mencapai level 4.8850 per dolar AS. Jika nilai ringgit Malaysia terus tertekan lebih dari nilai tersebut, maka ringgit Malaysia masuk rekor terparah sepanjang sejarah. Faktor utama yang mempengaruhi melemahnya nilai tukar ringgit Malaysia terhadap dolar AS, yakni ketika permintaan atas dolar AS menguat dengan signifikan akibat dorongan konflik Israel-Hamas. Nilai dolar AS yang menguat ini tentunya membuat mata uang lain melemah, salah satunya ringgit Malaysia. Disamping itu, Malaysia juga mencatatkan penurunan nilai ekspor selama enam bulan berturut –  turut pada Agustus 2023. Perlambatan ekonomi negara Tiongkok sebagai mitra bisnis utama Malaysia juga menjadi faktor melemahnya nilai tukar ringgit Malaysia.

Hal ini ditambah dengan keputusan Bank Negara Malaysia (BNM) untuk menghentikan kenaikan suku bunga sejak bulan Juli 2023 kemarin juga menambah hambatan bagi ringgit Malaysia. Karena, rendahnya suku bunga yang dipatok oleh BNM ini membuat selisih suku bunga riil kian melebar, sehingga tidak menguntungkan. Menanggapi kondisi tersebut, Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim menyatakan bila negaranya akan lebih banyak mencari mitra dagang dan menerima pembayaran dalam bentuk ringgit. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari strategi untuk menopang nilai mata uang ringgit dan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Dikutip dari Reuters, PM Anwar Ibrahim juga mengungkapkan sejauh ini Malaysia memiliki perjanjian dengan mitra dagang terbesar mereka, yakni Indonesia, Thailand, dan Tiongkok. Ini dilakukan untuk mendorong lebih banyak perdagangan dan investasi dalam mata uang lokal.

(riz/riy)