Rencana Kontroversial Trump untuk Mengambil Alih Gaza dan Relokasi Warga Palestina

rencana
Presiden AS Donald Trump (Sumber Foto: REUTERS/Leah Millis Purchase Licensing Rights)

FYPMedia.ID – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mengumumkan rencana yang kontroversial terkait Jalur Gaza. Dalam pernyataannya, Trump menyatakan bahwa AS akan mengambil alih wilayah tersebut dan merelokasi warga Palestina secara permanen. 

“Masalah Gaza tidak pernah selesai,” ungkapnya, menandakan bahwa ia berencana untuk mengubah dinamika konflik yang telah berlangsung lama ini.

Rencana Ambisius Trump

Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Trump mengungkapkan bahwa AS akan bertanggung jawab untuk membongkar semua bom berbahaya dan senjata yang tersisa di Gaza. 

AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami juga akan melakukan pekerjaan terhadapnya. Kami akan memilikinya dan bertanggung jawab untuk menjinakkan semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi tersebut,” cetus Trump.

Baca juga: UNRWA Terancam Dihentikan: 3 Dampak Besar bagi Palestina (Gaza)

Ia juga menambahkan bahwa rencana ini bertujuan untuk menciptakan ribuan lapangan pekerjaan dan mengembangkan ekonomi di wilayah tersebut.

Trump berambisi untuk menjadikan Gaza sebagai “Riviera” di Timur Tengah, sebuah tempat yang dapat dibanggakan oleh seluruh kawasan. 

“Saya pikir potensi di Jalur Gaza tidak dapat dipercaya,” ujarnya. Namun, rencana ini tidak lepas dari kritik tajam, baik dari dalam negeri maupun internasional.

Penolakan dari Komunitas Arab

Langkah Trump untuk menguasai Gaza dan merelokasi warga Palestina telah menuai penolakan dari berbagai pihak, termasuk kelompok Arab-Amerika yang sebelumnya mendukungnya. 

Mereka mengubah nama kelompok mereka dari “Arab Amerika untuk Trump” menjadi “Arab Amerika untuk Perdamaian” sebagai bentuk penentangan terhadap rencana tersebut. 

“Pembicaraan mengenai apa yang membuat Presiden inginkan di Gaza, kami jelas menentang ide memindahkan rakyat Palestina dari tempat manapun di Palestina yang bersejarah,” ujar pemimpin kelompok itu Bishara Bahbah, Rabu (5/2/2025) kepada Associated Press.

Baca juga: 3 Dampak Mengkhawatirkan Kebijakan Trump Hentikan Pasokan Obat TBC-HIV dan Imbasnya untuk Indonesia

Bahkan, para pemimpin negara Arab seperti Mesir dan Yordania juga menolak gagasan Trump untuk merelokasi 2,3 juta warga Gaza.

Mereka menilai bahwa rencana ini berpotensi melanggar hukum internasional dan dapat dianggap sebagai pembersihan etnis.

Dukungan yang Dipertanyakan

Meskipun Trump mengklaim bahwa banyak pemimpin Arab mendukung rencananya, Liga Arab dan banyak negara lainnya menentang keras ide tersebut. 

“Saya dapat memberi tahu Anda, saya berbicara dengan para pemimpin negara-negara lain di Timur Tengah, dan mereka menyukai gagasan itu. Mereka mengatakan itu benar-benar akan membawa stabilitas, dan yang kita butuhkan adalah stabilitas,” ungkapnya, mengutip cnbcindonesia.com.

Namun, kenyataannya banyak yang menganggap rencana ini sebagai ancaman terhadap hak-hak warga Palestina.

Reaksi Global

Reaksi terhadap rencana Trump tidak hanya datang dari negara-negara Arab, tetapi juga dari berbagai organisasi internasional dan pembela hak asasi manusia. 

Baca juga: Geger! Polisi Bongkar Pabrik Narkoba Terbesar di Jabar, 1 Ton Disita, Nilai Capai Rp350 Miliar

Banyak yang menganggap rencana ini sebagai pelanggaran hukum internasional dan menyerukan agar hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri dihormati. 

“Kami menganggapnya sebagai resep untuk menciptakan kekacauan dan ketegangan di wilayah tersebut,” kata pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri.

Rencana Trump untuk mengambil alih Gaza dan merelokasi warga Palestina menimbulkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran. 

Dengan penolakan yang kuat dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri, masa depan rencana ini masih sangat tidak pasti. 

Sementara itu, situasi di Gaza tetap menjadi perhatian dunia, dan banyak yang berharap agar solusi damai dapat ditemukan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama ini.