FYPMEDIA.ID – Dunia siber kembali diguncang dengan kabar mengejutkan. Seorang remaja asal Connecticut, Amerika Serikat, yang baru berusia 19 tahun, diduga terlibat dalam pencurian mata uang kripto senilai US$243 juta (Rp 3,7 triliun). Aksi kejahatan ini dilakukan oleh kelompok penjahat siber yang dikenal sebagai “The Com”. Kasus ini mencuri perhatian karena besarnya nilai kerugian dan keterlibatan remaja dalam kejahatan siber yang semakin meningkat.
Penyelidik independen kejahatan kripto, ZachXBT, mengungkapkan bahwa pencurian ini dilakukan melalui serangan rekayasa sosial berbasis telepon. Dalam investigasi nya, ZachXBT membeberkan rekaman percakapan di Discord yang memperlihatkan nama pengguna PC Windows yang terlibat dalam aksi ini. Salah satu nama yang muncul adalah Veer Chetal, seorang remaja 19 tahun yang menggunakan nama samaran “Swag”. Chetal diduga terlibat dalam tahap awal peretasan untuk mendapatkan akses ke akun Gmail dan iCloud para korban.
Lebih lanjut, ZachXBT menjelaskan bahwa pencurian ini tidak dilakukan oleh Chetal seorang diri. Ia bekerja sama dengan dua tersangka lainnya, Malone ‘Greavys’ Lam (20) dan Jeandiel ‘Box’ Serrano (21). Keduanya berasal dari Washington DC dan didakwa atas tuduhan pencurian serta pencucian uang hasil kejahatan tersebut. Tersangka Lam, yang dikenal dengan nama samaran ‘Greavys’, menjadi sorotan karena gaya hidup mewahnya yang dibangun dari hasil curian.
Dalam laporan investigasi, Greavys disebut membeli lebih dari 10 kendaraan mewah, menyewa properti-properti mahal, dan bahkan sering menggunakan jet pribadi. Gaya hidup flamboyannya juga terlihat dari kebiasaannya menghabiskan antara US$250 ribu hingga US$500 ribu per malam di klub-klub elit Los Angeles dan Miami. Aktivitas ini tidak hanya menunjukkan hasil curian yang masif, tetapi juga bagaimana kelompok ini dengan bangga memamerkan kesuksesan kriminal mereka.
Komunitas “The Com” dikenal sebagai kelompok yang berfokus pada kejahatan kolektif, dengan anggotanya saling berkompetisi dalam melakukan pencurian yang paling besar dan cerdik. Di dalam komunitas ini, membanggakan pencapaian kejahatan adalah hal yang lazim, dan mereka sering kali saling menjatuhkan satu sama lain dalam upaya mencapai status tertinggi. Kasus ini tidak hanya memunculkan kekhawatiran akan keamanan dunia kripto, tetapi juga semakin menyoroti bagaimana kejahatan siber bisa dilakukan oleh kalangan muda dengan metode canggih dan berbahaya.
Dengan makin menguatnya bukti-bukti digital, pihak penegak hukum di Amerika Serikat saat ini sedang berupaya menindak tegas para pelaku pencurian ini. Meski begitu, kompleksitas kasus dan kecanggihan teknik yang digunakan oleh para tersangka menjadikan penegakan hukum dalam kejahatan siber ini semakin menantang. Tidak menutup kemungkinan, kasus ini akan menjadi preseden penting dalam penanganan kejahatan kripto di masa depan.
Pencurian senilai miliaran rupiah ini memperlihatkan betapa rentannya dunia digital terhadap serangan siber, terutama di sektor keuangan kripto yang terus berkembang. Keterlibatan anak muda dalam skala kriminal seperti ini menjadi pengingat keras bahwa kejahatan dunia maya bukanlah hal yang bisa diabaikan begitu saja.