Ratusan Siswa SMA di Jatinangor Tolak Makanan Bergizi Gratis yang Berbau Basi

makan bergizi
Ilustrasi Makanan Bergizi Gratis/(CNBC Indonesia/Novina Putri Besari)

FYP.Media.ID – Ratusan siswa SMA Negeri Jatinangor, Kabupaten Sumedang, menolak mengonsumsi makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dibagikan oleh penyedia katering. Selama tiga hari terakhir, mereka menerima nasi dan sayur yang berbau tak sedap, sehingga dianggap tidak layak dikonsumsi.

 

Penolakan terjadi pada Rabu (26/2/2025), ketika para siswa mencium aroma tidak sedap dari sayuran yang menjadi bagian dari menu MBG. Setelah menyadari bahwa makanan tersebut berbau basi, mereka memutuskan untuk tidak memakannya dan melaporkan kejadian ini kepada pihak sekolah.

 

Menanggapi keluhan tersebut, pihak sekolah segera mengambil langkah dengan melayangkan komplain kepada penyedia katering. Selain itu, mereka juga mengembalikan sisa makanan yang tidak dikonsumsi sebagai bentuk protes atas kualitas makanan yang diberikan.

 

273 Paket Makanan Tidak Bisa Dikonsumsi

 

Dari total makanan yang dibagikan, sebanyak 273 paket makanan terpaksa tidak bisa dikonsumsi karena kondisinya yang sudah tidak layak. Sejumlah siswa mengaku khawatir bahwa jika mereka tetap mengonsumsinya, mereka bisa mengalami gangguan kesehatan, seperti sakit perut atau keracunan makanan.

 

“Saat membuka makanan, kami langsung mencium bau tidak sedap dari sayurannya. Beberapa teman yang mencoba mencicipi juga merasa ada rasa yang aneh, jadi akhirnya kami memilih untuk tidak makan,” ujar salah satu siswa yang enggan disebutkan namanya.

 

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sendiri merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi bagi pelajar di berbagai sekolah. Namun, dengan adanya insiden ini, siswa justru merasa dirugikan karena makanan yang mereka terima tidak sesuai dengan standar kebersihan dan kesehatan.

 

Pihak Sekolah Ambil Langkah Tegas

 

Setelah menerima laporan dari siswa, pihak sekolah langsung bertindak dengan menghubungi penyedia katering yang bertanggung jawab atas distribusi makanan. Mereka meminta agar makanan yang disajikan lebih diperhatikan kualitasnya dan tetap memenuhi standar gizi serta kebersihan.

 

“Kami sudah melayangkan komplain kepada pihak katering dan mengembalikan makanan yang tidak layak tersebut. Kami berharap ke depannya tidak ada lagi makanan yang tidak layak konsumsi dibagikan kepada siswa,” ujar perwakilan sekolah.

 

Selain itu, pihak sekolah juga berkoordinasi dengan dinas pendidikan setempat untuk mengevaluasi program MBG dan memastikan bahwa makanan yang disediakan bagi siswa tetap dalam kondisi baik dan layak dikonsumsi.

 

Evaluasi Kualitas Program MBG

 

Kejadian ini menimbulkan pertanyaan mengenai pengawasan kualitas makanan dalam program MBG. Sejumlah pihak mendesak agar ada pengawasan lebih ketat terhadap bahan makanan yang diberikan kepada siswa agar kejadian serupa tidak terulang.

 

Orang tua siswa juga ikut menyuarakan keprihatinan mereka terkait insiden ini. Mereka berharap agar program MBG tetap berjalan dengan baik, tetapi dengan kontrol yang lebih ketat agar kualitas makanan yang diberikan benar-benar memenuhi standar kesehatan.

 

“Kami mendukung program ini karena sangat membantu anak-anak kami. Namun, jika kualitas makanannya tidak diperhatikan, justru bisa membahayakan kesehatan siswa. Kami meminta pihak sekolah dan pemerintah untuk memastikan makanan yang diberikan benar-benar layak konsumsi,” kata salah satu orang tua siswa.

 

Sementara itu, pihak penyedia katering belum memberikan pernyataan resmi terkait keluhan ini. Namun, diharapkan ada langkah konkret dari pihak terkait untuk memastikan bahwa makanan yang dibagikan dalam program MBG benar-benar sesuai standar gizi dan kesehatan.

 

Harapan ke Depan

 

Dengan adanya kejadian ini, banyak pihak yang berharap agar pemerintah dan pihak terkait meningkatkan pengawasan terhadap penyedia makanan dalam program MBG. Jangan sampai program yang seharusnya memberikan manfaat bagi siswa justru menimbulkan risiko kesehatan.

 

Pengawasan terhadap proses distribusi makanan, mulai dari pemilihan bahan baku hingga penyajian, harus lebih diperketat agar makanan yang diterima siswa benar-benar aman dan bergizi. Selain itu, perlu ada mekanisme pengaduan yang lebih efektif agar keluhan mengenai kualitas makanan bisa segera ditindaklanjuti.

 

Pihak sekolah dan dinas pendidikan diharapkan bisa melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyedia katering yang terlibat dalam program MBG. Jika ditemukan kelalaian dalam menjaga kualitas makanan, maka penyedia yang tidak memenuhi standar bisa diberi sanksi atau bahkan diganti dengan penyedia lain yang lebih bertanggung jawab.

 

Hingga berita ini diturunkan, masih belum ada keputusan resmi terkait langkah yang akan diambil terhadap penyedia katering yang bermasalah. Namun, kejadian ini menjadi pelajaran penting agar kualitas makanan bagi siswa sekolah tetap

menjadi prioritas utama dalam program MBG.