Makkah, 2 Juli 2025 — Di tengah padatnya agenda kenegaraan di Timur Tengah, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto meluangkan waktu untuk melaksanakan ibadah umrah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Rabu (2/7/2025). Ibadah yang dilakukan di Tanah Suci ini menjadi momen spiritual yang mengharukan sekaligus penuh makna, tidak hanya bagi sang Presiden, tetapi juga rakyat Indonesia yang menyaksikannya dari dekat.
Presiden Prabowo tiba di pelataran Masjidil Haram dengan disambut hangat oleh para jemaah haji asal Indonesia. Mereka adalah jemaah yang tengah menanti jadwal kepulangan ke Tanah Air. Dari balik senyum dan lambaian tangan, Presiden membalas sapaan hangat saudara sebangsanya—membangun jembatan emosional yang tulus dan bersahaja.
Kesempatan Langka: Cium Hajar Aswad dan Salat di Dalam Ka’bah
Momen langka terjadi ketika Presiden Prabowo mendapat kehormatan untuk memasuki Ka’bah dan melaksanakan salat sunnah di dalamnya. Ini bukan hanya simbol spiritual yang dalam, tetapi juga refleksi kedekatan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi.
Tak lama setelah keluar dari Ka’bah, Presiden menunaikan sunnah mencium Hajar Aswad, batu hitam bersejarah yang menjadi saksi perjalanan para nabi. Dengan penuh kekhusyukan, beliau lalu memulai prosesi tawaf—mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran, seperti jutaan umat Muslim lainnya.
Berinteraksi dengan Jemaah, Lanjutkan Prosesi Sa’i dan Tahalul
Usai tawaf, Presiden kembali menyapa jemaah asal Indonesia. Beberapa di antara mereka sempat diajak berbincang hangat, menciptakan suasana yang sangat humanis di tengah lautan manusia.
Presiden kemudian melanjutkan ritual sa’i, yaitu berjalan cepat antara Bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ibadah umrah ditutup dengan tahalul, di mana beliau menggunting beberapa helai rambut sebagai tanda penyempurnaan ibadah.
Lebih dari Sekadar Ritual: Spiritualitas dan Diplomasi yang Menyatu
Ibadah umrah Presiden Prabowo Subianto bukan semata-mata bentuk ketakwaan pribadi, tetapi juga mencerminkan hubungan spiritual antara pemimpin dan rakyat. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai keagamaan dapat berjalan beriringan dengan tugas-tugas kenegaraan.
Lebih dari itu, momentum ini turut memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Arab Saudi—sebuah sinyal bahwa kerja sama kedua negara tidak hanya sebatas politik dan ekonomi, tapi juga terikat nilai-nilai religius yang mendalam. (ryd)