Panorama dan Keunikan Pulau Kemaro Palembang

Panorama dan Keunikan Pulau Kemaro Palembang

FYPMedia.id – Mengunjungi kota Palembang, Sumatera Selatan belum lengkap rasanya jika belum mengunjungi salah satu destinasi favorit yang ada di kota ini. Salah satu destinasi yang menjadi primadona di kota ini ialah Pulau Kemaro. Pulau Kemaro merupakan sebuah delta kecil yang berada di Sungai Musi dan berada sekitar 6 kilometer dari Jembatan Ampera, yang merupakan landmark dari kota Palembang. Pulau ini merupakan pulau yang terkenal jika ingin mengunjungi objek wisata di Sungai Musi.

Terdapat sebuah Klenteng dan Pagoda di dalam pulau ini. Klenteng Hok Tjing Rio atau Klenteng Dewi Kwan Im yang dibangun pada tahun 1962. Di dalam Klenteng tersebut, terdapat makam Tan Bun An dan Siti Fatimah yang dibangun oleh masyarakat berdampingan. Keduanya merupakan tokoh penting dalam sejarah dan legenda di Pulau Kemaro ini. Nama Pulau Kemaro berasal dari kata ‘Kemaro’ yang berarti kemarau. Ini karena Pulau Kemaro tidak pernah tenggelam maupun terendam meskipun air Sungai Musi sedang pasang.

Asal usul mengenai pulau ini juga terdapat legenda di dalamnya. Tertulis pada batu yang terletak di samping Klenteng Hok Tjing Rio. Pada zaman dahulu, datang seorang pangeran dari negeri Tiongkok bernama Tan Bun An yang hendak berdagang di Palembang. Ketika ia hendak meminta izin kepada raja Palembang, ia bertemu dengan putri raja yang bernama Siti Fatimah. Keduanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Mereka menjalin kasih dan ingin melanjutkannya ke jenjang pernikahan. Tan Bun An mengajak Siti Fatimah untuk bertemu dengan keluarganya di negeri Tiongkok.

Selang beberapa waktu, mereka pun kembali ke Palembang dengan membawa tujuh buah guci berisi emas. Sampai di muara Sungai Musi, Tan Bun An ingin melihat hadiah didalam guci – guci tersebut. Alangkah terkejutnya ia ketika mendapati guci – guci tersebut berisi sayuran sawi – sawi asin. Lantas, ia pun membuang guci – guci tersebut. Namun, guci terakhir jatuh diatas dek dan mengeluarkan emas. Ternyata sayuran sawi – sawin asin tersebut digunakan untuk mengelabui perompak. Tanpa berpikir panjang, Tan Bun An langsung terjun ke sungai untuk mengambil guci – guci yang ia buang tadi. Ia pun dibantu oleh seorang pengawal untuk mencari guci guci tersebut. Tetapi, Tan Bun An dan pengawalnya tidak kunjung kembali. Hal ini lantas membuat Siti Fatimah khawatir dan ikut menyusul terjun ke dalam sungai. Ia kemudian berucap jika ada tanah tumbuh di tepi sungai itu, maka disitulah kuburannya.

Wisatawan yang ingin mengunjungi Pulau Kemaro dapat melalui beberapa akses seperti boat dan perahu. Perahu – perahu ini dapat ditemui di Benteng Kuto Besak dengan tarif perahu sekitar Rp100,000,- hingga Rp250,000,- dengan waktu tempuh 15 menit. Akses menuju ke Pulau Kemaro juga bisa dilalui menggunakan akses darat, dengan cara menuju dermaga intirub. Terdapat sebuah jembatan dimana wisatawan dapat berjalan dan terhubung dengan Pulau Kemaro. Tarif masuk ke dalam Pulau Kemaro hanya Rp6,000,- per orang. Jika anda tertarik untuk berwisata disini, segera rencanakan perjalanan terbaik anda untuk menikmati keindahan Pulau Kemaro.

(riz/riy)

 

Leave a Reply