FYPMedia.ID-Perang antara Palestina dan Israel yang telah berlangsung selama beberapa dekade seringkali menimbulkan pertanyaan mengenai posisi negara-negara Arab. Sebagai tetangga geografis sekaligus memiliki kedekatan sejarah dan budaya dengan Palestina, banyak yang bertanya-tanya mengapa negara-negara Arab terlihat diam atau tidak mengambil tindakan tegas saat konflik berkecamuk. Meski demikian, sikap negara-negara Arab dalam konflik ini tidaklah sesederhana yang terlihat. Ada berbagai faktor politik, ekonomi, dan diplomatik yang memengaruhi respons mereka terhadap konflik Palestina-Israel.
Hubungan Diplomatik
Salah satu alasan mengapa beberapa negara Arab tampak pasif dalam konflik Palestina-Israel adalah kepentingan politik dan hubungan diplomatik mereka dengan Israel dan negara-negara Barat. Setelah perjanjian damai seperti Kesepakatan Abraham (Abraham Accords) yang ditandatangani pada 2020, beberapa negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, secara terbuka menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Setelah 2020 banyak negara yang berubah sikap dalam melihat konflik israel palestina seperti Maroko, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Sudan.
Selain itu dilansir dari kumparan.com Data dari World Integrated trade Solution (WITS) menunjukkan, terdapat beberapa negara yang memiliki hubungan dagang yang saling menguntungkan dengan Israel, negara tersebut seperti Turki, Uni Emirat Arab, Mesir, Azerbaijan, Yordania, dan negara lainnya. sebagian besar negara-negara Muslim memiliki hubungan diplomatik dan kerja sama berbagai bidang dengan Amerika Serikat yang notabenenya adalah pendukung garis keras Israel.
Kondisi Negara Muslim Yang Tidak Memungkinkan
Meskipun banyak sekali negara muslim diluar sana namun mereka tidak dapat melakukan apa apa ketika konflik Israel Palestina dikarenakan kondisi negara-negara muslim besar saat ini berada di garis kemiskinan. Seperti Somalia, Niger, Chad, Yaman, Sieera Leone, Eritrea, Mali, dan Burkina Faso. Sedangkan negara muslim kaya hanya ada tiga negara yaitu Qatar, Uni Emirat Arab dan Brunei Darussalam yang mana mereka sudah menjalin hubungan diplomatik oleh Amerika Serikat dan Israel.Selain itu negara muslim lainnya seperti Suriah, Nigeria, Yaman, dan Irak sedang mengalami konflik ekstrem di negaranya.
Fokus pada Masalah Internal
Banyak negara Arab juga tengah menghadapi berbagai masalah internal yang mendesak, mulai dari krisis ekonomi, pengangguran, inflasi, hingga ketidakstabilan politik. Misalnya, Mesir tengah berjuang dengan ketidakstabilan ekonomi dan tingginya angka pengangguran, sementara Yordania menghadapi masalah serupa dengan tekanan ekonomi dan sosial. Arab Saudi, meskipun kaya akan minyak, juga tengah berfokus pada reformasi internal untuk mengurangi ketergantungan ekonomi pada minyak melalui inisiatif Vision 2030.
Dalam situasi ini, pemerintah negara-negara Arab memilih untuk lebih berfokus pada masalah di dalam negeri yang mereka anggap lebih mendesak daripada terlibat dalam konflik internasional seperti Palestina-Israel. Campur tangan yang lebih besar dalam konflik ini bisa mengalihkan perhatian dari masalah internal yang mereka hadapi dan berpotensi memperburuk situasi politik domestik.
Diamnya negara-negara Arab dalam konflik Palestina-Israel bukanlah tanda ketidakpedulian atau pengabaian terhadap perjuangan Palestina. Sebaliknya, hal ini mencerminkan kompleksitas situasi politik, ekonomi, dan diplomatik yang mereka hadapi. Meskipun demikian, dukungan moral dan simbolis terhadap Palestina masih sering disuarakan dalam berbagai forum internasional, meskipun tindakan nyata yang diambil mungkin tidak sekeras yang diharapkan banyak pihak.