Meningkatkan Minat Baca, Usulan Gamal Albinsaid untuk Gerakan Literasi yang Lebih Efektif

minat baca
Sumber: https://pengadaan.penerbitdeepublish.com/

FYPMedia.ID – Anggota Komisi X DPR RI, Gamal Albinsaid, mengusulkan penerapan gerakan literasi yang lebih fleksibel dan langsung menyasar kebutuhan siswa di Indonesia. Dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis (14/11), Gamal mengungkapkan pentingnya kebiasaan membaca sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari di sekolah. 

Gamal mengusulkan agar siswa diwajibkan membaca selama 15–30 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, serta mengintegrasikan literasi ke dalam proses pembelajaran yang lebih konkret.

Baca juga: Mendikdasmen Dorong Guru untuk Berinovasi dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

“Gerakan literasi yang luwes dan lugas sangat penting. Alih-alih hanya menggelar festival literasi yang bersifat seremonial, kita perlu membiasakan siswa membaca sejak pagi hari sebagai bagian dari persiapan belajar,” ujar Gamal.

Gamal menyoroti rendahnya minat baca di Indonesia yang terungkap dalam data UNESCO, yang menyatakan bahwa hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang memiliki minat baca. 

Bahkan, Indonesia berada di posisi terbawah, peringkat 60 dari 60 negara, dalam laporan The World Most Literate Nation Ranking oleh Central Connecticut State University (CCSU).

Menurut Gamal, rendahnya minat baca ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kurangnya akses ke bahan bacaan, dampak penggunaan teknologi yang berlebihan, hingga rendahnya budaya literasi.

Baca juga: Kementerian Kelautan Usul Ikan Kaleng Jadi Menu Makan Bergizi Gratis

“Kita harus melakukan percepatan yang akseleratif dalam mengembangkan literasi di Indonesia. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja,” tegasnya.

Gamal juga menyarankan agar pemerintah dan berbagai pihak terkait menciptakan lebih banyak ruang untuk membaca dengan menyediakan perpustakaan di berbagai tempat publik, seperti pasar, terminal, bus, pesawat, hingga kafe dan mal. Dengan begitu, buku akan lebih mudah diakses oleh masyarakat, terutama anak-anak.

Selain mengusulkan waktu membaca sebelum pelajaran dimulai, Gamal menyarankan adanya penghargaan dan apresiasi bagi kemajuan literasi peserta didik, seperti memberikan hadiah berupa buku. 

Gamal juga mengusulkan kunjungan rutin ke perpustakaan dan kegiatan menulis setelah membaca, seperti meresume buku, untuk memperdalam pemahaman siswa.

“Pembelajaran seharusnya tidak hanya didominasi oleh ceramah, tapi lebih memberikan ruang bagi siswa untuk membaca dan berdiskusi. Kegiatan seperti bedah buku secara rutin juga bisa dilakukan, dan seluruh pihak, mulai dari guru, orang tua, hingga masyarakat, perlu terlibat dalam membangun budaya literasi ini,” tambahnya.

Gamal menekankan bahwa untuk membangun budaya literasi yang kuat, peran guru dan orang tua sangat penting. Mereka harus menjadi inspirator dan fasilitator bagi anak-anak agar memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan minat baca yang berkembang. 

“Tugas kita bukan hanya sekedar menyampaikan informasi, tetapi juga menumbuhkan gairah membaca pada anak-anak. Mari kita mulai dari rumah dan ruang kelas kita masing-masing,” ujar Gamal.

Melalui gerakan literasi yang lebih aplikatif dan kolaboratif, Gamal berharap dapat meningkatkan minat baca di kalangan generasi muda Indonesia dan membangun budaya literasi yang lebih kuat di masa depan.