Stabilitas atau Risiko? Mengupas Aliran Modal Asing dan Imbasnya pada Ekonomi Indonesia

aliran
Sumber gambar: Kompas.com

FYPMEDIA.ID – Bank Indonesia (BI) mencatat arus keluar modal asing (capital outflow) pada pekan kedua November 2024. Terhitung sejak awal tahun, tercatat masih banyak modal asing yang masuk ke Indonesia. 

Terjadinya aliran modal asing keluar (capital outflow) dari pasar keuangan Indonesia sebesar Rp10,23 triliun. Aliran keluar tersebut terdiri dari penjualan neto Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp4,66 triliun, diikuti dengan aliran keluar melalui Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang mencapai Rp3,28 triliun. Selain itu, terdapat penjualan neto di pasar saham sebesar Rp 2,29 triliun.

Sepanjang tahun 2024 hingga 4 November (year to date/ytd), terdapat arus masuk modal asing ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai Rp38,86 triliun. 

Di pasar saham, total dana asing yang masuk sepanjang tahun tercatat mencapai Rp38,51 triliun, sementara aliran modal asing yang masuk melalui SRBI mencapai Rp192,99 triliun.

Menyusul keluarnya dana asing pada pekan ini, premi risiko investasi atau premi credit default swaps (CDS) Indonesia untuk jangka waktu 5 tahun turun menjadi 67,59 bps pada 7 November 2024, dari sebelumnya 71,58 bps pada 1 November 2024. Di sisi lain, tingkat imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun naik ke 6,75 persen, sementara yield surat utang AS (US Treasury) tenor 10 tahun menurun menjadi 4,326 persen.

Baca juga: Bahaya Minum Susu Mentah, Cek Faktanya!

Kondisi ini mengindikasikan adanya dinamika pasar yang dipengaruhi oleh sentimen global dan kebijakan moneter domestik. Aliran modal keluar dalam pekan ini mencerminkan ketidakpastian yang masih menyelimuti perekonomian global, terutama dari sisi kebijakan moneter negara-negara maju yang turut berdampak pada preferensi investor asing terhadap pasar di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Penurunan premi risiko (Credit Default Swap/CDS) Indonesia dari 71,58 bps menjadi 67,59 bps menunjukkan peningkatan persepsi kepercayaan investor terhadap stabilitas keuangan Indonesia. CDS sendiri berfungsi sebagai indikator risiko default suatu negara; semakin rendah nilai CDS, semakin tinggi tingkat kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi negara tersebut. Hal ini memberikan sinyal positif meski di tengah adanya capital outflow.

Pada sisi lain, kenaikan yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun ke 6,75 persen menunjukkan adanya penyesuaian risiko yang dilakukan oleh investor. Yield yang lebih tinggi umumnya menjadi daya tarik tambahan bagi investor untuk mengalihkan dana mereka ke dalam instrumen berdenominasi Rupiah, meskipun juga dapat meningkatkan beban pembiayaan pemerintah dalam jangka panjang.

Sementara itu, yield surat utang AS (US Treasury) tenor 10 tahun yang menurun ke level 4,326 persen menunjukkan adanya potensi peralihan dana ke instrumen yang dianggap lebih aman. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter di AS dalam jangka menengah, meskipun secara umum tingkat suku bunga AS masih relatif tinggi.

Baca juga: Benarkah Mandi Malam Berbahaya? Fakta Medis di Balik Mitos Populer

Secara keseluruhan, meskipun terdapat outflow, arus modal asing yang masuk ke Indonesia sepanjang tahun 2024 masih cukup besar, khususnya di pasar SBN yang mencapai Rp38,86 triliun dan di pasar saham sebesar Rp38,51 triliun. Angka ini mencerminkan minat yang konsisten dari investor asing terhadap pasar keuangan Indonesia. Hal ini didorong oleh stabilitas ekonomi domestik dan ketahanan sistem keuangan yang terus dijaga oleh Bank Indonesia serta pemerintah.

Masuknya dana asing melalui Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang mencapai Rp192,99 triliun menunjukkan peran SRBI sebagai instrumen baru yang efektif dalam menarik minat investor asing. Hal ini menegaskan upaya Bank Indonesia dalam memperluas opsi investasi yang berkontribusi terhadap stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah tekanan eksternal.

Bank Indonesia akan terus memantau kondisi pasar dan tetap melakukan intervensi yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan menstabilkan pasar keuangan.