Mengelola Keuangan di Era Digital

Mengelola Keuangan di Era Digital

Di era digital seperti saat ini, ada banyak kemudahan yang bisa kita manfaatkan untuk menbantu membuat rencana dan pengelolaan keuangan. Ada begitu banyak aplikasi yang dalam penggunaannya mudah dan tidak berbelit. Untuk mencapai kestabilan keuangan tentu diimbangi dengan pengeluaran yang tidak melebihi pemasukan. Jika pengeluaran lebih banyak dari pada pemasukan maka yang terjadi, keuangan tersebut tidak sehat.

Dr.Dra.Nanik Linawati,MM Kepala Laboratorium Simulasi Keuangan Program Finance and Investment SBM Univ Kristen Petra mengatakan dengan kondisi ekonomi yang sekarang ini generasi milenial atau siapapun harus bisa membuat rencana jangka panjang dalam mengatur keuangan. “kondisi keuagan pada tahun ini bisa dibilang tidak baik-baik saja, oleh karenanya jika kita mempunyai penghasilan jangan berprinsip apa yang kita hasilkan hari ini juga harus habis pada hari ini. Harus bijak dalam mengeluarkan untuk kebutuhan. Dulu di era saya pembagian penghasilan itu 50% untuk kebutuhan hidup, 30% untuk kesenangan dan 20% untuk ditabung.

Namun di era yang sekarang mengalami perubahan, letaknya di tabungannya yang harus diperbesar sehingga dibalik yang 30% itu untuk disimpan sedangkan 20%nya untuk kesenangan. Mengapa? kita belajar dari terpuruknya ekonomi kita saat terkena wabah, Sebagian dari masyarakat nol penghasilan, jika tidak mengandalkan tabungan lantas bagaimana bisa menjalani hidup, kata Nanik saat berbincang dalam program Mozaik Indonesia di RRI (21/06/2024).

Hal-hal dasar yang perlu diperhatikan saat mengelola keuangan adalah perencanaan, dengan mencatat segala kebutuhan dan berapa budget yang harus dikeluarkan dalam 1 bulan. “Sekarang ini ada banyak aplikasi yang bisa kita gunakan untuk membuat perencanaan keuangan kita, dalam 1 bulan penghasilan harus dibagi sesuai yang tadi dijelaskan 50 untuk kebutuhan, 30 untuk menabung dan 20 untuk kesenangan. Petakan mana kebutuhan primer, sekunder dan tersier, untuk hidup enak di masa tua perjuangannya memang pahit di awal tapi manis di akhir.

Namun bagaimana jika kita memiliki cicilan yang harus dibayarkan, karena ada KPR (Kredit Kepemilikan Rumah)? itulah gunanya membuat perencanaan, jika dalam kebutuhan hidup sebesar 50% itu bisa kita tekan dan cicilan bisa masuk ke dalamnya maka kita tidak akan merubah pagu untuk tabungan dan kesenangan, tapi jika dalam kebutuhan utama sudah mepet dan tidak bisa mengakomodir cicilan berarti harus ada yang ditekan dan jalan ninja yang harus dipilih adalah tabungan yang harus direlakan, selama proses pembayaran KPR tabungan ditiadakan,” ujarnya.

Agar terhindar dari kondisi finansial yang terbatas maka harus pintar membaca peluang investasi. “Saat kondisi keuangan lancar tanpa memiliki beban yang harus dibayarkan maka kita bisa memanfaatkan uang kita untuk berinvestasi. Investasi di era sekarang memang banyak tantangannya yah, dibandingkan dahulu. Namun jika ingin berinvestasi kita harus membekali diri dengan banyak informasi, mana invest yang low risk dan high risk. Tentu jika resiko invest yang tinggi maka berbanding lurus dengan keuntungan tinggi. Sekarang ini banyak kok aplikasi saham yang dengan 10 ribu rupiah kita sudah bisa membelinya. Pilihan bagi kita yang tetap ingin punya investasi meski banyak cicilan yang harus dibayar. Kita tentukan rentang Waktu dalam berinvestasi mau berapa tahun 3 tahun atau 6 tahun atau mungkin 12 tahun. Lalu pilih saham yang ingin kita beli, kalau mau yang aman , maka acuannya kita gunakan kebijakan pemerintah.

Contohnya jika ingin membeli saham farmasi, karena bpjs kesehatan kita menggunakan obat-obatan dari Kimia farma  maka kita bisa membeli saham tersebut, lalu makanan itu juga tergolong saham yang aman untuk di beli. Lalu saham blue chip juga menjadi saham yang aman untuk dibeli. Namun kalau sudah membeli bukan berarti tidak di pantau, karena pergerakan saham itu bisa berubah cepat. Sehingga tiap saat kita harus tahu apa yang terjadi dengan saham kita. Ingat high risk high return, kalau low risk low return, semua tergantung kepada kita mau memilih yang mana. Kalau maunya main aman berarti cari yang resikonya rendah tapi hasilnya juga biasa saja. Sekarang kemudahan sudah di depan mata jika ingin berinvestasi tidak perlu tunggu punya duit banyak, menabung secara konvensional malah tidak menguntungkan karena termakan inflasi,” kata Nanik.