FYP Media.id – Pada Selasa, 6 Mei 2025 – Di dunia sepak bola, kepindahan pemain dari satu klub ke klub lain bukanlah hal asing. Namun, ada momen-momen tertentu yang meninggalkan luka lebih dalam dari sekadar perubahan jersey. Salah satunya adalah keputusan Trent Alexander-Arnold untuk tidak memperpanjang kontraknya di Liverpool dan hijrah ke Real Madrid pada akhir musim 2024/2025. Kepastian ini bukan hanya mengejutkan, tetapi juga menyisakan perasaan dikhianati bagi sebagian besar pendukung The Reds.
Jamie Carragher, salah satu legenda Liverpool yang menghabiskan seluruh kariernya di Anfield, dengan jujur mengungkapkan betapa pantasnya rasa kecewa yang dirasakan para fans. Dalam kolomnya di The Telegraph, Carragher membela perasaan para suporter yang dianggap terlalu emosional. “Siapa yang sebenarnya naif ketika menilai perasaan fans terhadap transfer seperti ini?” tulisnya tajam. Ia menegaskan bahwa ikatan emosional antara pemain lokal dan fans bukanlah hal sepele yang bisa dianggap biasa.
Baca juga: 5 Alasan Mengapa Transfer Trent Alexander-Arnold ke Real Madrid Akan Mengubah Dinamika Sepak Bola
Lantas, mengapa kepindahan Trent terasa begitu menyakitkan? Berikut 7 alasan yang membuat hati fans Liverpool terasa robek oleh keputusan ini:
-
Ikatan Emosional Sejak Akademi
Trent bukan sekadar pemain. Ia adalah anak kandung Liverpool—lahir, besar, dan berkembang di akademi klub. Ia mewakili impian ribuan anak-anak lokal yang berharap bisa mengenakan seragam merah suatu hari nanti. Kepergiannya bukan hanya kehilangan pemain, tapi seperti kehilangan anggota keluarga.
-
Simbol Loyalitas yang Dilanggar
Selama ini, Trent dianggap sebagai simbol loyalitas. Seorang pemuda Scouser yang hidup dalam mimpi membela klub masa kecilnya. Ketika ia memilih untuk hengkang, banyak yang merasa bahwa mimpi itu ternyata hanya ilusi. Loyalitas yang selama ini diyakini tulus, kini terasa seperti narasi kosong.
-
Pernah Ada Luka Serupa: Kasus Michael Owen
Carragher tak lupa mengingatkan bagaimana para fans dulu juga merasakan hal serupa saat Michael Owen pindah ke Real Madrid pada 2004. Meski Owen saat itu adalah bintang besar dan pernah memenangkan Ballon d’Or, keputusannya untuk pergi tetap menyisakan luka. Owen tetap dikenang, tapi tak pernah benar-benar sama di hati para pendukung.
-
Trent Menuju Rival Eropa
Kepindahan ke klub sebesar Real Madrid tentu saja membuat semuanya terasa lebih pelik. Real bukan klub sembarangan. Mereka adalah rival langsung Liverpool dalam banyak pertempuran penting, termasuk dua final Liga Champions dalam dekade terakhir. Menyaksikan ikon lokal mengenakan seragam putih Madrid adalah mimpi buruk bagi sebagian fans.
-
Kisah-Kisah Pemain Sebelumnya yang Menguatkan Luka
Carragher menyebut bahwa perasaan seperti ini bukan monopoli Liverpool. Bayangkan bagaimana fans Manchester United jika Ryan Giggs atau Paul Scholes memutuskan hengkang ke Spanyol di usia emas mereka? Atau bagaimana Chelsea jika John Terry menyusul Mourinho ke Madrid? Itu bukan hal yang mudah diterima. Begitu pula bagi Liverpool dengan Trent.
-
Efek Domino terhadap Citra Pemain Lokal
Kepindahan Trent mungkin membuka pertanyaan baru: apakah pemain lokal kini tak berbeda dari pemain impor? Jika seseorang seperti Trent pun bisa pergi, mungkinkah masih ada pemain yang benar-benar akan bertahan demi cinta pada klub, bukan uang atau trofi?
-
Tekanan Warisan dan Harapan
Trent bukan hanya pemain lokal. Ia adalah bintang besar, pemilik ban kapten saat diperlukan, dan bagian penting dari tim yang membawa Liverpool ke puncak kejayaan era Klopp. Ketika pemain seperti itu pergi, yang tertinggal bukan hanya lubang dalam skema taktik, tetapi juga kehilangan harapan dan identitas.
Tentu, bagi karier pribadi Trent Alexander-Arnold, langkah ini bisa jadi awal dari babak baru yang lebih gemilang. Real Madrid adalah klub impian bagi banyak pesepak bola, dan kesempatan itu mungkin tak datang dua kali. Namun, bagi fans Liverpool, cerita ini adalah deja vu menyakitkan yang pernah mereka alami dan tak pernah benar-benar mereka maafkan.
Kini, Trent akan menjadi bagian dari daftar panjang pemain yang pernah menyeberang antara dua raksasa Eropa ini. Nama-nama seperti Xabi Alonso, Steve McManaman, dan Michael Owen mengisi daftar tersebut. Beberapa di antaranya sukses, beberapa lainnya tenggelam. Tapi semuanya, pada suatu titik, harus menerima bahwa cinta yang mereka tinggalkan di Anfield tidak akan sepenuhnya sama lagi.
Baca juga: Mohamed Salah Resmi Perpanjang Kontrak, Tetap Bersama Liverpool Hingga 2027
Karena bagi para pendukung sejati, mengenakan seragam merah bukan sekadar pekerjaan. Itu adalah ikatan batin. Dan ketika ikatan itu diputus, perihnya bukan main.
Apakah Trent akan menyesali keputusannya? Atau justru menulis kisah baru yang lebih megah di Santiago Bernabeu? Waktu yang akan menjawab. Tapi satu hal pasti: luka ini akan lama sembuhnya.