Krisis Polusi Udara di Bangkok: Lebih dari 350 Sekolah Ditutup, Warga Diimbau WFH

Krisis Polusi Udara di Bangkok: Lebih dari 350 Sekolah Ditutup, Warga Diimbau WFH
sumber foto: merdeka.com

FYPMedia.IDPolusi udara yang semakin parah memaksa Bangkok, ibu kota Thailand, menutup lebih dari 350 sekolah pada Jumat (24/1/2025). Berdasarkan data IQAir, Bangkok menempati peringkat keempat sebagai kota besar dengan kualitas udara terburuk di dunia. Indeks kualitas udara di kota ini mencapai 188 pada pukul 09.40 waktu setempat.

Pemerintah Metropolitan Bangkok (BMA) menyebutkan 48 dari 50 distrik di kota tersebut masuk zona merah, yang artinya kondisi udara di area tersebut berbahaya bagi kesehatan. 

Distrik Nong Khaem tercatat memiliki tingkat polutan PM2.5 tertinggi, yaitu 108 mikrogram per meter kubik. Tingkat ini jauh melebihi rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menetapkan paparan harian PM2.5 tidak boleh lebih dari 15 mikrogram.

Imbas Polusi Udara Sekolah Tutup Sementara

Penutupan 352 sekolah ini berdampak pada ribuan siswa di seluruh Bangkok. Otoritas kota meminta warga untuk menghindari aktivitas di luar ruangan dan mendorong mereka bekerja dari rumah jika memungkinkan. 

Langkah ini diambil sebagai upaya untuk meminimalkan risiko kesehatan, terutama pada anak-anak yang lebih rentan terhadap dampak polusi.

Baca juga: Libur Sekolah Ramadan 2025: Jadwal, Pembelajaran, dan Regulasi yang Perlu Diketahui

Namun, tindakan ini menuai kritik dari beberapa pihak. Para aktivis hak asasi manusia menilai bahwa penutupan sekolah memberikan dampak yang tidak proporsional pada siswa dari keluarga kurang mampu, yang kesulitan mengakses pembelajaran daring.

Upaya Pemerintah

Menteri Dalam Negeri Thailand, Anutin Charnvirakul, telah mengeluarkan larangan pembakaran tunggul tanaman, salah satu penyebab utama polusi udara di Thailand. 

Pelanggar larangan ini akan dikenakan sanksi hukum. Selain itu, BMA juga membatasi akses kendaraan berat di beberapa wilayah ibu kota.

Namun, langkah ini dianggap belum cukup. Politisi oposisi, Natthaphong Ruengpanyawut, mengecam Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, yang saat ini berada di Davos, Swiss, untuk menghadiri Forum Ekonomi Dunia. 

Baca juga: Polusi Plastik: 5 Fakta Penting Upaya Dunia Mengurangi Mikroplastik pada 2050

“Sementara perdana menteri menghirup udara segar di Swiss, jutaan warga Thailand harus menghirup udara yang tercemar,” kritik Natthaphong dalam unggahan Facebook-nya.

Polusi udara di Bangkok tidak hanya berdampak lokal, tetapi juga meluas ke negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Kota Ho Chi Minh di Vietnam bahkan berada di peringkat kedua dalam daftar kota besar dengan polusi udara terburuk, disusul Phnom Penh, ibu kota Kamboja, di peringkat kelima. 

Kondisi ini menunjukkan bahwa polusi udara musiman menjadi masalah lintas negara yang memerlukan perhatian bersama.

Meski pemerintah telah mencoba berbagai cara, seperti menyemprotkan air untuk mengurangi polusi, dampaknya masih terbatas. 

Aktivis udara bersih, seperti Guillaume Rachou dari Save the Children Thailand, menegaskan bahwa diperlukan undang-undang komprehensif untuk menangani krisis ini secara menyeluruh. 

“Dengan Undang-Undang Udara Bersih, saya yakin kita bisa mengatasi masalah ini,” ujarnya kepada AFP.