Konklaf 2025: Tantangan Global Menanti Paus Baru Pengganti Fransiskus

Konklaf 2025: Tantangan Global Menanti Paus Baru Pengganti Fransiskus

FYPMedia.ID – Dunia saat ini sedang menanti hasil dari salah satu proses pemilihan paling sakral dalam Gereja Katolik: konklaf 2025. Proses ini akan menentukan siapa yang akan menjadi penerus Paus Fransiskus, pemimpin spiritual bagi lebih dari 1,3 miliar umat Katolik di seluruh dunia.

Dengan wafatnya Paus Fransiskus, yang dikenal dengan pendekatan reformis dan kepeduliannya terhadap isu sosial global, publik kini bertanya-tanya: Apakah penggantinya akan membawa angin perubahan atau kembali pada konservatisme lama?

Namun, satu hal yang pasti: siapapun yang terpilih akan menghadapi tantangan luar biasa besar, mulai dari isu geopolitik, kemajuan teknologi, hingga krisis iklim.

Bukan Ajang Politik

Dalam wawancara dengan ABC News, Kardinal Michael Czerny dari Kanada—yang ditunjuk langsung oleh Paus Fransiskus pada tahun 2019—menekankan bahwa proses konklaf bukan ajang politik seperti pemilu pada umumnya.

Ini bukan konvensi politik. Kami tidak tawar-menawar untuk menciptakan konsensus. Ini proses spiritual, bukan taktik politik,” kata Czerny.

Czerny juga menegaskan bahwa para kardinal masuk ke dalam proses ini dengan niat yang tulus dan doa yang dalam, bukan dengan ambisi pribadi. Ia mengajak umat Katolik di seluruh dunia untuk ikut mendoakan proses ini, agar hasilnya membawa kebaikan bagi seluruh Gereja.

Tantangan Abad ke-21

Lebih dari sekadar urusan internal Gereja, paus baru akan dihadapkan pada sejumlah tantangan besar di era modern.

Menurut Czerny, beberapa isu yang akan menjadi PR besar bagi paus terpilih antara lain:

  • Kecerdasan buatan (AI) dan implikasinya terhadap kehidupan manusia dan etika

  • Konflik bersenjata di berbagai wilayah

  • Perubahan iklim, yang terus mengancam keberlanjutan hidup

Penting bahwa kita sadar, ini tahun 2025. Bukan 12 atau 100 tahun lalu. Gereja harus tetap relevan,” ujarnya.

Ia juga menyoroti bahwa generasi muda kini menaruh harapan besar kepada Gereja agar bisa menjadi lembaga yang lebih terbuka dan ramah terhadap keberagaman.

Inklusivitas itu bagian dari sifat Katolik itu sendiri,” lanjut Czerny, menyentil perlunya Gereja menyambut kelompok-kelompok yang selama ini merasa terpinggirkan.

Baca Juga: Konklaf Hari Ini Digelar, 16 Kardinal Dunia Jadi Kandidat Kuat Pengganti Paus

Suara dari Dunia Ketiga

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Kardinal Chibly Langlois dari Haiti, satu-satunya kardinal dari negaranya yang ditunjuk oleh Paus Fransiskus pada 2014. Menurut Langlois, paus baru perlu mampu menavigasi realitas kompleks—baik di dalam Gereja maupun di dunia luar.

Dari isu teknologi, skandal pelecehan seksual, dialog antaragama, hingga pelayanan bagi komunitas terpencil—semua ini butuh perhatian khusus,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya melanjutkan warisan reformasi Paus Fransiskus, terutama dalam hal transparansi dan tata kelola Gereja. Bagi Langlois, perubahan yang sudah dimulai oleh Paus sebelumnya adalah fondasi penting yang harus dirawat dan diteruskan.

Kita tidak bisa bicara soal paus berikutnya tanpa bicara soal peninggalan Paus Fransiskus. Kita harus menyelesaikan apa yang sudah beliau mulai,” tambahnya.

Konklaf dengan Rekor Jumlah Pemilih

Konklaf 2025 ini menjadi konklaf dengan jumlah pemilih terbanyak sepanjang sejarah Gereja Katolik, yakni 133 kardinal, di mana 108 di antaranya ditunjuk langsung oleh Paus Fransiskus. Artinya, pengaruh Paus sebelumnya sangat terasa dalam pemilihan ini.

Dari jumlah tersebut, hanya satu kardinal yang berasal dari Indonesia, yaitu Kardinal Ignatius Suharyo.

Konklaf ini digelar setelah masa berkabung sembilan hari atas wafatnya Paus Fransiskus. Para kardinal kini telah berkumpul di Vatikan, memasuki Kapel Sistina untuk memulai proses pemilihan yang seluruh tahapannya dilakukan secara tertutup.

Umat Diimbau Tak Perlu Gelisah

Menanggapi spekulasi publik soal siapa yang akan jadi paus berikutnya, Czerny meminta umat untuk tetap tenang.

Setiap kali ada transisi kepemimpinan, rasa cemas itu pasti ada. Tapi kita tidak perlu gelisah. Doakan saja, dan bersiap menyambut paus baru dengan hati yang terbuka,” tutupnya.

Baca Juga: Resmi! Kardinal Robert Prevost Terpilih Jadi Paus Baru 2025: Paus Leo XIV

Siapa Paus Selanjutnya?

Pertanyaan itu mungkin akan segera terjawab dalam beberapa hari ke depan. Tapi lebih dari sekadar nama, yang dinantikan dunia adalah arah baru Gereja Katolik—apakah akan semakin terbuka terhadap isu global, atau justru kembali memperkuat tradisi lama.

Yang jelas, paus terpilih akan membawa beban besar: menjadi pemimpin moral dan spiritual di tengah dunia yang sedang berubah cepat.