Ketegangan Israel-Iran Memburuk, China Tawarkan 3 Solusi Damai demi Stabilitas Global
FYPMedia.ID – Ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat drastis usai rentetan serangan rudal yang dilancarkan Iran ke wilayah Israel. Situasi yang sudah genting ini sontak memicu keprihatinan dari berbagai negara dunia, termasuk China. Negara Tirai Bambu itu menyampaikan kecemasan mendalam atas eskalasi konflik Israel-Iran yang dianggap berpotensi menyebar dan memicu ketidakstabilan kawasan secara luas.
Dalam pernyataan resmi yang disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, pemerintah Tiongkok menegaskan bahwa kekuatan militer bukanlah solusi untuk menciptakan perdamaian jangka panjang. “Semua konflik internasional harus diselesaikan melalui konsultasi politik dan dialog terbuka, bukan kekerasan,” ujar Guo dalam konferensi pers diplomatik di Beijing. Ia juga menambahkan bahwa China siap menjaga komunikasi aktif dengan seluruh pihak terkait dan mendorong proses negosiasi damai secara berkelanjutan.
Baca Juga: Pertamina Alihkan Rute Distribusi Minyak Usai Serangan Israel ke Iran: 5 Langkah Strategis Hadapi Krisis Energi 2025
Sebagai salah satu negara dengan kekuatan diplomasi global, China menyerukan tiga solusi damai yang dapat meredam konflik Israel-Iran:
- Penghentian Aksi Militer Segera
China menyerukan penghentian semua bentuk aksi militer, baik dari pihak Israel maupun Iran. Eskalasi militer hanya akan memperburuk situasi dan menyeret negara-negara lain ke dalam konflik. - Dialog Multilateral yang Inklusif
Beijing mendesak diadakannya forum dialog yang melibatkan negara-negara besar dan organisasi internasional seperti PBB, guna menjembatani komunikasi antara Iran dan Israel. - Penyelesaian Isu Nuklir Secara Diplomatik
China menyarankan agar persoalan nuklir Iran kembali dibahas dalam kerangka perjanjian internasional, dengan pengawasan penuh dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Guo Jiakun menambahkan bahwa China siap memainkan peran konstruktif dalam upaya diplomasi ini. Tak hanya melalui jalur bilateral, namun juga melalui kerja sama multilateral dengan negara-negara di kawasan.
“Kami siap berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menciptakan kondisi yang mendukung penyelesaian masalah nuklir Iran secara damai,” katanya.
Langkah-langkah konkret sudah dilakukan. Menteri Luar Negeri China Wang Yi dilaporkan telah melakukan komunikasi langsung melalui sambungan telepon dengan Menlu Iran Seyed Abbas Araghchi dan Menlu Israel Gideon Sa’ar. Komunikasi ini menandai langkah awal upaya Beijing untuk mendamaikan dua kekuatan utama di Timur Tengah.
Konflik antara Israel dan Iran bukan hanya mengancam kawasan Timur Tengah. Imbas geopolitiknya dapat mengguncang harga minyak dunia, memperburuk rantai pasok global, hingga memicu krisis kemanusiaan berskala luas.
China, sebagai salah satu importir minyak terbesar dunia, juga terdampak secara langsung. Oleh karena itu, kepentingan strategis Beijing dalam menjaga stabilitas di Timur Tengah bukan hanya soal politik, tapi juga ekonomi global.
Sementara itu, suara serupa datang dari Asia Tenggara. Dalam pertemuan Leaders’ Retreat di Singapura, Presiden RI Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong menyampaikan keprihatinan atas konflik yang terus memanas.
“Kami menyerukan gencatan senjata segera dilakukan untuk mengakhiri perang,” ujar Prabowo dalam konferensi pers bersama di Parliament House, Singapura, Senin (16/6/2025).
Kedua pemimpin negara juga menekankan pentingnya solusi damai melalui jalur diplomatik. Ini menegaskan bahwa negara-negara di luar kawasan juga menaruh perhatian serius pada konflik Israel-Iran.
Pengamat hubungan internasional dari Tsinghua University, Prof. Zhao Lijun, menyatakan bahwa posisi netral dan hubungan baik China dengan Iran dan Israel menempatkannya dalam posisi strategis untuk menjadi penengah konflik.
“Tidak banyak negara yang dipercaya oleh kedua pihak. Tapi China, dengan rekam jejaknya di Iran dan pendekatannya yang non-intervensi terhadap Israel, punya peluang besar,” ungkap Zhao.
Namun, ia juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi, termasuk tekanan dari negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, yang memiliki kepentingan kuat di Israel.
Saatnya Diplomasi Jadi Senjata Utama
Situasi di Timur Tengah, khususnya konflik yang semakin memanas antara Israel dan Iran, kini berada di titik kritis yang menuntut pendekatan baru. Ketegangan yang terus meningkat tidak hanya mengancam stabilitas kawasan, tetapi juga berdampak pada keamanan global. Dalam kondisi seperti ini, kekuatan militer bukanlah jawaban—justru diplomasi harus menjadi senjata utama. China, melalui pernyataan resmi dan komunikasi intensif dengan kedua belah pihak, menunjukkan keseriusannya untuk memainkan peran konstruktif sebagai mediator. Negara tersebut menawarkan tiga langkah diplomatik yang bertujuan menurunkan eskalasi dan membuka ruang dialog. Langkah ini menjadi sinyal penting bahwa solusi damai masih mungkin tercapai, asalkan ada komitmen politik yang kuat dari semua pihak.
Baca Juga: Trump Desak Iran Usai Serangan Israel: Kesempatan Nuklir ke-2
Dengan dukungan dari negara-negara seperti Indonesia dan Singapura, serta forum internasional seperti PBB, dunia saat ini dihadapkan pada momentum penting untuk mencegah perang berkepanjangan.
Apakah dunia siap memilih diplomasi, bukan destruksi? Jawabannya ada pada langkah kita bersama.