FYP Media.id – Pada Tanggal 4 April 2025 – Kemacetan lalu lintas di sejumlah jalur utama di Indonesia, terutama saat periode libur panjang atau arus mudik, telah menjadi masalah yang cukup kompleks. Salah satu daerah yang kerap mengalami kepadatan kendaraan adalah Jalur Limbangan di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jalur ini merupakan rute favorit bagi para pemudik atau pelancong yang hendak menuju Garut maupun kota-kota lainnya di wilayah selatan Jawa Barat.
Dalam beberapa waktu terakhir, Jalur Limbangan kembali menjadi sorotan akibat tingginya volume kendaraan yang melintas, khususnya pada momen-momen tertentu seperti libur panjang, Lebaran, atau Natal dan Tahun Baru. Kondisi ini diperparah dengan adanya pasar tumpah, angkutan umum yang berhenti sembarangan, serta kendaraan pribadi yang parkir di bahu jalan. Akibatnya, arus lalu lintas menjadi tersendat dan bahkan terhenti di beberapa titik.
Mengantisipasi kemacetan yang berlarut-larut, pihak kepolisian bersama Dinas Perhubungan setempat terus melakukan berbagai upaya untuk mengurai kemacetan tersebut. Salah satu metode yang paling sering diterapkan adalah sistem one way atau satu arah yang diterapkan di jalur alternatif seperti Jalur Nagreg yang menjadi pintu masuk bagi kendaraan dari Bandung menuju Garut atau Tasikmalaya.
Baca Juga : Pemudik Lebaran 2025 Diprediksi Menurun, Apa Pengaruh Ekonomi Terhadap Tradisi Mudik?
Penerapan one way di Jalur Nagreg ini bukanlah hal baru. Bahkan, dalam periode tertentu, pihak kepolisian telah menerapkan sistem ini hingga 12 kali demi mengatasi kepadatan kendaraan. Sistem one way dianggap efektif karena dapat memperlancar arus kendaraan dari satu arah tanpa harus terganggu oleh kendaraan dari arah berlawanan. Namun, kebijakan ini tentunya memiliki dampak bagi pengendara yang melaju dari arah berlawanan, karena mereka harus menunggu hingga jalur dibuka kembali.
- Menurut Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Bandung, penerapan sistem one way ini dilakukan secara situasional. Artinya, kebijakan ini diterapkan sesuai dengan kondisi di lapangan. Jika volume kendaraan dari arah Bandung menuju Garut lebih tinggi, maka jalur akan dibuka satu arah menuju Garut. Sebaliknya, jika arus balik yang lebih dominan, sistem one way diberlakukan untuk kendaraan yang menuju Bandung.
Baca Juga : Arus Balik Lebaran 2025, Menhub Dudy Pastikan Berjalan Aman dan Lancar
Namun, meskipun dianggap efektif, penerapan sistem one way ini tetap memiliki sejumlah tantangan. Salah satunya adalah kurangnya kesadaran pengemudi untuk mematuhi aturan lalu lintas. Tidak jarang ditemukan pengendara yang memaksa melawan arus meskipun sudah ada petugas yang berjaga. Selain itu, kondisi jalan yang tidak semuanya lebar dan mulus juga menjadi kendala tersendiri, terutama bagi kendaraan besar seperti bus atau truk.
Di sisi lain, sejumlah pihak menganggap bahwa penerapan sistem one way hanyalah solusi sementara yang tidak dapat menyelesaikan akar masalah kemacetan di Jalur Limbangan dan sekitarnya. Dibutuhkan langkah-langkah yang lebih holistik dan berkelanjutan untuk benar-benar mengatasi permasalahan ini. Misalnya, dengan memperbaiki infrastruktur jalan, menambah jalur alternatif, atau mengembangkan sistem transportasi umum yang lebih efisien.
Tak hanya itu, penataan pasar tumpah yang sering menjadi penyebab kemacetan juga harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah setempat. Selain mengganggu arus lalu lintas, aktivitas pasar tumpah yang tidak teratur juga dapat membahayakan keselamatan para pedagang maupun pengguna jalan.
Sosialisasi kepada masyarakat terkait aturan lalu lintas dan pentingnya menjaga ketertiban di jalan raya juga menjadi aspek yang tak kalah penting. Kesadaran kolektif dari seluruh pengguna jalan diperlukan agar kebijakan seperti one way dapat berjalan dengan efektif tanpa menimbulkan ketegangan atau konflik di lapangan.
Secara keseluruhan, penerapan sistem one way di Jalur Nagreg merupakan salah satu upaya yang patut diapresiasi dalam mengurai kemacetan di kawasan tersebut. Namun, perlu diingat bahwa solusi ini hanya bersifat sementara. Untuk menciptakan arus lalu lintas yang lancar dan tertib secara berkelanjutan, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, kepolisian, dan seluruh masyarakat.
Di masa depan, diharapkan adanya inovasi-inovasi baru yang dapat diterapkan untuk mengatasi kemacetan di Jalur Limbangan dan Nagreg. Mulai dari pemanfaatan teknologi lalu lintas pintar, pengembangan jalan baru, hingga pengaturan waktu perjalanan yang lebih terencana. Dengan begitu, pengalaman buruk terjebak macet di jalur ini bisa diminimalisir dan memberikan kenyamanan bagi seluruh pengguna jalan.