Indonesia Diprediksi Memasuki Musim Kemarau pada Mei 2025, Ini Penjelasan BMKG

Indonesia Diprediksi Memasuki Musim Kemarau pada Mei 2025, Ini Penjelasan BMKG

FYPMedia. ID – Setelah beberapa bulan terakhir dilanda musim hujan, Indonesia diperkirakan akan memasuki musim kemarau pada Mei 2025. Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ardhasena Sopaheluwakan.

 

Menurut Ardhasena, awal musim kemarau tidak terjadi secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. “Biasanya musim kemarau masuk dari timur Indonesia, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB), lalu bergerak ke wilayah lain, termasuk Jawa,” ujarnya pada Kamis (6/3/2025).

 

Dampak Musim Hujan yang Masih Berlangsung

Sejak akhir 2024, Indonesia mengalami curah hujan tinggi yang menyebabkan berbagai dampak, terutama di daerah yang rawan banjir dan longsor. Beberapa waktu lalu, kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dilanda banjir kiriman akibat tingginya curah hujan di wilayah hulu. Selain itu, tanah longsor juga terjadi di sejumlah daerah, mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan mengganggu aktivitas masyarakat.

 

Musim hujan yang berkepanjangan ini juga berdampak pada sektor pertanian. Sejumlah petani mengeluhkan tanaman mereka yang rusak akibat genangan air. Beberapa lahan pertanian bahkan mengalami gagal panen karena terlalu banyak air yang menggenangi sawah dan ladang.

 

Puncak Musim Kemarau dan Dampaknya

BMKG memperkirakan puncak musim kemarau 2025 akan terjadi antara Juli hingga Agustus. Selama periode ini, suhu udara diprediksi meningkat, dengan tingkat kelembapan yang lebih rendah dibandingkan musim hujan. Hal ini bisa berpotensi menyebabkan kekeringan di beberapa wilayah, terutama di daerah yang selama ini memiliki curah hujan rendah seperti NTT, NTB, serta sebagian Jawa dan Sumatra.

 

Selain itu, dampak musim kemarau juga bisa dirasakan dalam sektor energi dan sumber daya air. Berkurangnya curah hujan dapat memengaruhi pasokan air bersih dan produksi listrik tenaga air. Oleh karena itu, BMKG mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk mulai mengambil langkah-langkah antisipatif guna menghadapi musim kemarau yang akan datang.

 

Faktor Iklim Global yang Mempengaruhi Musim Kemarau

BMKG juga mengingatkan bahwa kondisi musim kemarau dapat dipengaruhi oleh fenomena iklim global seperti El Niño dan La Niña. El Niño, misalnya, dapat menyebabkan kemarau yang lebih panjang dan lebih kering, sementara La Niña bisa membawa lebih banyak hujan meskipun seharusnya sudah masuk musim kemarau.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengalami berbagai dampak dari perubahan iklim global. Pada 2023, misalnya, El Niño menyebabkan kekeringan panjang di beberapa daerah, yang berdampak pada sektor pertanian dan pasokan air bersih. BMKG terus melakukan pemantauan untuk memastikan apakah ada indikasi El Niño atau La Niña yang dapat memengaruhi musim kemarau tahun ini.

 

Langkah Antisipasi Menghadapi Musim Kemarau

Masyarakat diimbau untuk mulai bersiap menghadapi perubahan cuaca ini. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau yaitu

 

Menghemat Air

Selama musim kemarau, ketersediaan air bersih bisa menurun, terutama di daerah yang rawan kekeringan. Masyarakat diimbau untuk menggunakan air dengan bijak, seperti mengurangi pemborosan saat mandi, mencuci, atau menyiram tanaman.

 

Menjaga Kesehatan

Suhu yang lebih panas selama musim kemarau bisa menyebabkan dehidrasi dan penyakit terkait cuaca panas, seperti heatstroke. Penting untuk tetap terhidrasi dengan minum cukup air serta mengenakan pakaian yang sesuai untuk cuaca panas.

 

Mengantisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan

Salah satu risiko terbesar saat musim kemarau adalah meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di wilayah yang sering mengalami kebakaran seperti Sumatra dan Kalimantan. Masyarakat, terutama petani dan pekebun, diimbau untuk tidak melakukan pembakaran lahan secara sembarangan.

 

Mempersiapkan Pertanian untuk Kemarau

Petani perlu mulai menyesuaikan metode pertanian mereka dengan kondisi cuaca yang lebih kering. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknik irigasi yang lebih efisien serta memilih tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan.

 

Memantau Informasi Cuaca dari BMKG

BMKG akan terus memberikan pembaruan mengenai prakiraan cuaca dan kondisi iklim terkini. Masyarakat disarankan untuk selalu mengikuti informasi terbaru agar dapat mengambil langkah antisipatif yang tepat.

 

Musim kemarau 2025 diprediksi akan mulai pada Mei dan mencapai puncaknya sekitar Juli hingga Agustus. Meski Indonesia masih berada dalam musim hujan, masyarakat dan pemerintah perlu mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan cuaca ini.

 

Langkah antisipatif seperti menghemat air, menjaga kesehatan, serta mencegah kebakaran hutan menjadi penting dalam menghadapi musim kemarau. Selain itu, masyarakat diimbau untuk selalu memantau informasi terbaru dari BMKG agar dapat menyesuaikan aktivitas mereka dengan kondisi cuaca yang akan datang.