FYPMedia.ID – Tahun baru adalah momen yang dirayakan di seluruh dunia dengan penuh suka cita. Setiap negara memiliki cara unik untuk menyambut pergantian tahun, salah satunya melalui hidangan khas yang disajikan dalam perayaan tersebut. Makanan sering kali menjadi simbol harapan dan keberuntungan, di mana berbagai hidangan tradisional memiliki makna tertentu yang dipercaya dapat membawa berkah di tahun yang baru.
Selain menjadi ajang berkumpul bersama keluarga dan teman-teman, menyantap hidangan istimewa saat tahun baru juga menjadi bagian dari tradisi yang mempererat hubungan sosial. Setiap negara menyajikan menu khas yang mencerminkan budaya dan sejarahnya, menjadikan perayaan tahun baru semakin kaya akan nuansa.
Lalu apa saja menu perayaan tahun baru di beberapa negara?
Menu Tahun Baru
-
Oliebollen dari Belanda
Oliebollen merupakan makanan khas Belanda yang biasa disantap saat perayaan malam tahun baru. Nama “Oliebollen” sendiri berasal dari bahasa Belanda yang berarti “bola minyak”, karena adonan donat ini digoreng dalam minyak yang banyak.
Teksturnya yang lembut di dalam dan renyah di luar menjadikannya camilan yang digemari banyak orang. Oliebollen terbuat dari campuran tepung terigu, garam, air, gula, dan ragi, dan sering kali diberi taburan gula halus di bagian atasnya.
Selain itu, oliebollen juga sering diperkaya dengan tambahan kismis, potongan apel, atau kulit jeruk manis untuk memberikan rasa yang lebih kaya. Makanan ini paling nikmat dinikmati dalam keadaan hangat.
Menjelang tahun baru, banyak kios oliebollen yang bermunculan di berbagai sudut kota di Belanda. Diperkirakan, oliebollen sudah ada di Belanda sejak tahun 1652, menjadikannya sebagai salah satu tradisi kuliner yang bertahan lama di negara tersebut.
Baca juga: 5 Makanan Khas Tahun Baru Jepang: Sajian dengan Simbol Harapan
-
Toshikoshi Soba dari Jepang
Toshikoshi soba adalah hidangan mie soba khas Jepang yang disajikan pada malam pergantian tahun, melambangkan harapan umur panjang dan keberlanjutan. Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-17 dan dianggap sebagai cara untuk menyambut tahun baru dengan penuh makna.
Mie soba yang panjang dianggap melambangkan keberuntungan di masa depan, serta kekuatan dan ketahanan dalam menghadapi tantangan. Selain itu, makan toshikoshi soba juga memiliki simbolisme untuk melepaskan beban berat dan kesulitan yang telah dialami di tahun sebelumnya.
Toshikoshi soba biasanya disajikan dengan kuah dashi yang gurih, dilengkapi dengan topping seperti tempura udang atau daun bawang, menjadikannya hidangan yang menyegarkan dan menghangatkan tubuh di musim dingin.
Selain toshikoshi soba, Jepang juga memiliki hidangan tradisional lainnya untuk merayakan tahun baru, yakni Osechi Ryori. Osechi Ryori, yang disajikan dalam kotak bento khusus, terdiri dari berbagai makanan yang masing-masing memiliki makna tersendiri, melambangkan harapan akan kesuksesan, kemakmuran, dan kesehatan di tahun yang baru.
-
Hoppin’ John dari Amerika Serikat
Hoppin’ John adalah hidangan tradisional yang disantap di Amerika Serikat bagian selatan pada Hari Tahun Baru. Hidangan ini terdiri dari kacang polong hitam, nasi, dan daging, biasanya babi, serta sering disajikan dengan sawi hijau dan roti jagung. Hoppin’ John dianggap sebagai simbol keberuntungan dan kemakmuran di tahun baru, dengan setiap bahan dalam hidangan ini membawa makna tersendiri.
Kacang polong hitam dipercaya melambangkan koin dan potensi kemakmuran finansial, sementara daun collard hijau melambangkan uang kertas. Roti jagung diartikan sebagai simbol kekayaan dan keberuntungan, sedangkan daging babi dikaitkan dengan kemajuan. Tomat, yang sering ditambahkan dalam hidangan ini, melambangkan kesehatan yang baik.
Dengan kombinasi bahan yang penuh makna, Hoppin’ John telah menjadi bagian dari tradisi tahun baru yang diharapkan dapat membawa keberuntungan dan kemakmuran bagi yang menikmatinya.
-
Tteokguk dari Korea Selatan
Tteokguk adalah hidangan khas Korea yang disajikan pada perayaan Seollal, atau Tahun Baru Imlek, dan memiliki makna simbolis yang dalam. Sup kue beras ini melambangkan awal tahun yang baru serta harapan akan keberuntungan yang datang. Hidangan ini biasanya berisi tteok (kue beras), kucai, daging sapi, dan telur goreng. Beberapa variasi tteokguk juga dihias dengan potongan telur rebus, daging yang diasinkan, gim, dan minyak wijen, menambah cita rasa dan keindahan hidangan.
Tradisi makan tteokguk pada hari tahun baru dipercaya dapat membawa keberuntungan sepanjang tahun, serta menambah usia satu tahun. Secara tradisional, tteokguk disajikan sebagai hidangan sarapan pada hari pertama libur tahun baru, menjadi simbol awal yang baru dan harapan untuk tahun yang penuh berkah.
-
Vasilopita dari Yunani
Vasilopita adalah kue tradisional Yunani yang disajikan pada malam Tahun Baru untuk merayakan hari Santo Basil. Kue ini memiliki rasa jeruk yang khas dengan tekstur lembut, serta tradisi menarik di baliknya, yaitu menyembunyikan koin di dalam kue.
Siapa pun yang menemukan koin tersebut diyakini akan memperoleh keberuntungan sepanjang tahun. Nama “Vasilopita” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang berarti “kue atau roti Basil,” mengacu pada Santo Basil yang dihormati pada malam tersebut.
Vasilopita terbuat dari bahan-bahan seperti tepung, telur, mentega, gula, kacang almond, jus jeruk, dan kadang-kadang susu. Selain kue, ada juga versi roti yang menyerupai brioche, yang dikenal sebagai Tsoureki, roti Paskah tradisional Yunani. Vasilopita sering dinikmati dengan secangkir kopi Yunani sebagai bagian dari perayaan malam Tahun Baru.
Baca juga: Ini Dia 6 Varian Nasi Goreng: Dari yang Basic Hingga Unik
-
Tamales dari Meksiko
Tamales adalah hidangan tradisional Meksiko yang sering dinikmati saat perayaan Tahun Baru. Makanan ini terbuat dari adonan jagung atau masa yang dibungkus dalam daun pisang atau kulit jagung. Tamales biasanya diisi dengan berbagai bahan seperti daging, keju, sayuran, cabai, dan bumbu lainnya, lalu dikukus atau direbus hingga matang.
Setelah itu, tamales bisa dimakan langsung dari bungkusnya atau dipotong dan dipindahkan ke piring. Hidangan ini sering disajikan dengan saus salsa, saus mole, atole, atau bubur jagung untuk menambah cita rasa.
Tamales memiliki sejarah panjang yang sudah ada sejak zaman Aztek, Maya, Olmeka, dan Tolteka, sekitar 8000–5000 SM. Selain sebagai makanan lezat, tamales juga melambangkan kebersamaan dan persatuan dalam budaya Meksiko.
Pada musim liburan, keluarga akan berkumpul untuk membuat tamales bersama-sama dan membagikannya kepada teman, keluarga, dan tetangga sebagai bagian dari perayaan dan tradisi yang menguatkan ikatan sosial.
-
Las Doce Uvas dari Spanyol
Las Doce Uvas adalah tradisi khas Spanyol yang melibatkan makan 12 buah anggur tepat saat pergantian tahun. Setiap anggur yang dimakan dipercaya melambangkan keberuntungan untuk setiap bulan dalam tahun yang akan datang, memberikan harapan untuk kemakmuran dan kesuksesan. Tradisi ini dilakukan dengan cara memakan satu anggur setiap detik pada hitungan mundur menjelang pukul 12 malam.
Tradisi Las Doce Uvas pertama kali dimulai pada akhir abad ke-19 dan kini menjadi ritual yang terkenal di seluruh Spanyol. Meskipun tidak ada aturan khusus mengenai warna anggur yang dimakan, tradisi ini juga diikuti di beberapa negara Amerika Latin dan Denmark. Namun, jika seseorang gagal memakan semua 12 anggur, mereka dipercaya akan mendapat nasib sial di tahun yang baru.
-
Cotechino dari Italia
Cotechino adalah sosis babi khas Italia yang disajikan sebagai hidangan tradisional pada malam tahun baru. Sosis ini terkenal karena dimasak dengan api kecil dalam waktu lama hingga menghasilkan rasa yang kaya dan lembut.
Cotechino terbuat dari kulit babi, daging babi, lemak, garam, dan rempah-rempah yang memberi cita rasa khas. Hidangan ini sering disajikan bersama lentil, kentang tumbuk, atau mostarda, dan memiliki makna simbolis dalam budaya Italia.
Asal usul cotechino berasal dari wilayah Emilia, dengan Modena, Mantua, dan Cremona dikenal sebagai daerah yang memproduksi cotechino klasik. Nama “cotechino” sendiri berasal dari kata “cotica,” yang berarti kulit babi, yang merupakan bahan utama dalam pembuatannya.
Hidangan ini memiliki tradisi kuat karena lentil yang disajikan bersamanya menyerupai bentuk koin, melambangkan harapan akan kemakmuran dan kekayaan di tahun yang baru.