FYPMEDIA.ID – Gangguan kecemasan atau anxiety disorder berbeda dengan rasa gugup atau cemas yang umum dirasakan. Kondisi ini ditandai dengan ketakutan atau kecemasan yang berlebihan. Hal tersebut sering kali membuat seseorang menghindari situasi tertentu yang dapat memperburuk gejalanya.
Gangguan kecemasan dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, pendidikan, maupun hubungan interpersonal.
Dilansir dari World Health Organization, Pada tahun 2019, sebanyak 301 juta orang hidup dengan gangguan kecemasan, termasuk 58 juta anak-anak dan remaja. Di tahun 2020, gangguan kecemasan meningkat secara signifikan akibat pandemi COVID-19, dengan perkiraan awal menunjukkan peningkatan sebesar 26%.
Pengidap gangguan kecemasan dapat mengalami berbagai gejala, seperti ketegangan pada otot, gangguan kualitas tidur, kesulitan dalam berkonsentrasi, perasaan gelisah, mudah marah, detak jantung yang lebih cepat, sesak napas, hingga pusing.
Baca juga: Mengatasi Kelelahan Mental: 6 Cara Mengelola Beban Hidup yang Menguras Energi
Penyebab Gangguan Kecemasan
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan kecemasan, di antaranya:
- Pengalaman negatif yang memicu stres atau trauma psikologis
- Faktor genetika atau keturunan
- Gangguan pada kepribadian
- Efek samping dari obat-obatan atau zat tertentu, seperti kafein dan narkotika
- Kondisi medis tertentu, seperti gangguan irama jantung atau masalah pada kelenjar tiroid
Cara Mengatasi Gangguan Kecemasan
Menurut Dr. Airindya Bella, Secara umum, gangguan kecemasan dapat diatasi melalui psikoterapi dan penggunaan obat-obatan, seperti antiansietas. Salah satu jenis obat yang sering digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan adalah buspirone.
Psikoterapi yang paling umum digunakan adalah terapi perilaku kognitif. Dalam terapi ini, pasien dibimbing untuk mengubah pola pikir, reaksi, dan perilaku mereka sehingga dapat membantu mengurangi gejala kecemasan secara efektif.
Selain pengobatan dan psikoterapi, ada beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan secara mandiri untuk membantu mengurangi gejala gangguan kecemasan, di antaranya:
- Pernapasan dalam
Tarik napas dalam-dalam untuk membantu merilekskan tubuh dan mengurangi kecemasan. Teknik pernapasan yang dapat dicoba adalah menarik napas selama 4 detik, menahannya selama 7 detik, lalu melepaskannya perlahan selama 8 detik. Ulangi beberapa kali hingga merasa lebih tenang. - Fokus pada aktivitas yang sedang dilakukan
Saat kecemasan datang, kita sering kehilangan fokus. Cobalah untuk kembali fokus pada aktivitas yang sedang dijalani, seperti membersihkan rumah atau berkumpul dengan teman, agar pikiran tidak terlalu terjebak dalam kekhawatiran. - Metode 5-4-3-2-1
Gunakan teknik ini untuk mengalihkan perhatian dari kecemasan: sebutkan 5 benda yang terlihat di sekitar, 4 benda yang bisa disentuh, 3 suara yang terdengar, 2 bau yang bisa dicium, dan 1 rasa yang dirasakan. Teknik ini dapat membantu menghentikan pikiran negatif. - Menghindari kafein dan alkohol
Konsumsi kafein atau alkohol bisa memperburuk kecemasan. Alkohol mungkin memberi efek rileks sementara, tetapi dapat meningkatkan kecemasan dalam jangka panjang, sementara kafein bisa memicu kegelisahan, terutama jika dikonsumsi berlebihan. - Bercerita pada orang terdekat
Menceritakan perasaan kepada seseorang yang dipercaya, seperti teman, keluarga, atau seorang profesional, dapat membantu meringankan kecemasan. Serta, bisa mencari grup dukungan untuk berbagi pengalaman dengan orang lain yang menghadapi masalah serupa. - Waktu untuk diri sendiri
Meluangkan waktu untuk diri sendiri, seperti berjalan santai, meditasi, atau berendam di air hangat, dapat membantu mengurangi kecemasan. Menghindari gangguan, seperti mematikan ponsel, juga bisa membantu memberi ruang untuk relaksasi. - Makan dan minum cukup
Jaga pola makan dan pastikan tubuh tetap terhidrasi. Makanan yang teratur dan cukup cairan penting untuk menghindari fluktuasi gula darah yang dapat meningkatkan kecemasan dan emosi.
Baca juga: Mengupas Romantisasi Kesehatan Mental: Realita di Balik Tren Gen Z
Penting untuk diingat bahwa setiap orang mungkin merespons cara-cara ini secara berbeda. Jika kesulitan mengelola kecemasan, konsultasikan dengan seorang psikiater untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat.