FYP Media.ID – Iran akhirnya mengakui bahwa sistem pertahanan udaranya mengalami kerusakan signifikan akibat serangan udara besar-besaran Israel pada bulan Juni 2025. Namun, dalam waktu singkat, militer Iran langsung mengganti sistem pertahanan udara yang rusak, mengandalkan cadangan dalam negeri yang telah mereka siapkan untuk situasi darurat seperti ini.
Langkah cepat ini diungkapkan langsung oleh Wakil Komandan Operasi Angkatan Darat Iran, Mahmoud Mousavi, seperti dilaporkan kantor berita militer Defah Press, Minggu (20/7/2025).
“Beberapa sistem pertahanan udara kami rusak, ini fakta. Tapi kami sudah menggantinya dengan sistem cadangan dari dalam negeri untuk memastikan keamanan wilayah udara tetap terjaga,” kata Mousavi tegas.
Iran Akui Sistem Pertahanannya Lumpuh Usai Serangan Israel
Ini adalah pertama kalinya Iran secara terbuka tidak membantah kerusakan sistem pertahanan udara yang menjadi sorotan dunia sejak konfrontasi langsung dengan Israel terjadi pada Juni 2025. Dalam konflik tersebut, Angkatan Udara Israel berhasil menembus wilayah udara Iran dan meluncurkan serangkaian serangan presisi terhadap infrastruktur militer, termasuk pusat radar dan peluncur rudal.
Pukulan ini menjadi salah satu operasi udara paling berani yang dilakukan Israel di luar wilayahnya dalam satu dekade terakhir.
“Ini bukan sesuatu yang bisa kami sembunyikan,” tambah Mousavi.
Pernyataan ini mencerminkan keterbukaan yang jarang terjadi dari militer Iran, yang selama ini dikenal sangat tertutup soal kelemahan strategis mereka.
Sistem Pertahanan Baru Berasal dari Produksi Dalam Negeri
Menariknya, penggantian sistem pertahanan yang rusak tidak melibatkan impor dari luar negeri. Iran disebutkan menggunakan sistem pertahanan udara yang sudah diproduksi dan disimpan di dalam negeri, menandakan bahwa negara tersebut memiliki cadangan sistem strategis yang memang dirancang untuk menghadapi skenario perang skala besar.
Iran sebelumnya telah mengembangkan sistem pertahanan udara Bavar-373, versi lokal dari sistem S-300 Rusia, serta memamerkan kemampuan kombatan dari Sayyad-4 dan Khordad-15, dua sistem yang juga dirancang untuk menangkis rudal balistik dan jet tempur musuh.
“Kami mengganti sistem yang rusak dengan unit cadangan yang telah ditempatkan di lokasi strategis,” jelas Mousavi, menunjukkan kesiapsiagaan militer Iran di tengah tekanan konflik.
Tidak Ada Bukti Iran Impor Sistem Pertahanan Udara Terbaru
Dalam laporan Defah Press, tidak disebutkan adanya pengiriman atau impor sistem pertahanan udara dari Rusia, China, atau negara sekutu lainnya dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa penggantian sepenuhnya bergantung pada sumber daya domestik.
Ini sangat penting dalam konteks geopolitik, karena Iran tengah berada di bawah sanksi internasional yang membatasi aksesnya terhadap teknologi militer canggih. Kemandirian ini juga menjadi sinyal bahwa industri militer Iran berkembang pesat dan mampu mengisi kekosongan strategis akibat embargo.
Iran juga pernah menunjukkan sistem S-300 buatan Rusia dalam latihan militer setelah serangan Israel sebelumnya, tetapi belum ada indikasi bahwa sistem baru kali ini berasal dari luar negeri.
Latar Belakang Konflik: Balas Dendam dan Adu Serangan
Ketegangan antara Iran dan Israel memuncak sejak Oktober 2024, ketika Israel melancarkan serangan terbatas terhadap fasilitas produksi rudal di beberapa wilayah Iran. Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangan rudal dan drone ke wilayah Israel, yang memicu eskalasi ke skala konflik langsung pada Juni 2025.
Dalam konfrontasi tersebut, Israel berhasil melakukan serangan balik yang menghancurkan sejumlah sistem radar dan peluncur pertahanan Iran, memaksa militer Teheran untuk melakukan perombakan cepat atas sistem pertahanannya.
Iran kemudian membalas dengan rentetan peluncuran rudal balistik jarak menengah, serta drone kamikaze, yang sebagian berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel meski mengalami banyak intersepsi.
Serangan saling balas ini menandai salah satu fase konflik militer paling serius antara kedua negara selama dua dekade terakhir.
Strategi Iran: Sistem Cadangan dan Lokasi Rahasia
Pengakuan dari Mahmoud Mousavi juga mengungkapkan strategi militer rahasia Iran: menyimpan sistem pertahanan cadangan di lokasi-lokasi tertentu. Strategi ini dilakukan sebagai langkah preventif menghadapi kemungkinan serangan udara besar, mengingat Iran tahu bahwa mereka menjadi target utama Israel dan sekutunya.
“Sistem pertahanan baru langsung dipasang dari tempat-tempat yang telah kami siapkan sejak jauh hari,” ucap Mousavi, menunjukkan bahwa militer Iran tidak sepenuhnya lengah.
Ini juga merupakan bagian dari doktrin pertahanan berlapis Iran, yang mencakup pengoperasian radar bergerak, rudal jarak menengah, serta unit anti-udara yang tersebar di berbagai provinsi strategis.
Analisis Strategis: Apakah Iran Kini Lebih Siap?
Meskipun kerusakan awal menunjukkan kerentanan pertahanan Iran terhadap serangan presisi, respon cepat penggantian sistem dapat menjadi sinyal bahwa Iran telah belajar dari kegagalan masa lalu. Militer Iran kini tampaknya lebih fleksibel dan siap menghadapi konflik berkepanjangan, setidaknya dari sisi pertahanan udara.
Namun, para analis militer menyebut bahwa meskipun sistem seperti Bavar-373 dan Khordad-15 digadang-gadang mampu menyaingi S-300 dan Patriot, efektivitasnya di medan perang masih belum terbukti secara konsisten.
Selain itu, keberhasilan Israel menembus pertahanan udara Iran menunjukkan bahwa superioritas teknologi dan intelijen tetap menjadi kunci dalam peperangan modern.
Reaksi Dunia dan Ketegangan Regional
Pengakuan Iran ini langsung menjadi sorotan dunia. Beberapa analis dari Barat melihatnya sebagai bentuk keterbukaan yang mengejutkan, namun juga memperingatkan bahwa ketegangan di kawasan Timur Tengah bisa kembali meningkat kapan saja.
Organisasi internasional mendesak kedua negara menahan diri, karena setiap eskalasi lebih lanjut berpotensi memicu perang kawasan yang dapat menyeret banyak negara lain, termasuk Amerika Serikat dan Rusia.
Kesimpulan: Iran Siap Balas Lagi?
Dengan sistem pertahanan baru yang telah dipasang, Iran tampaknya siap untuk konfrontasi militer lebih lanjut, meskipun belum diketahui sejauh mana sistem ini akan bertahan menghadapi teknologi drone dan rudal presisi Israel. Dalam politik pertahanan, yang paling penting bukan hanya senjata yang dimiliki, tapi bagaimana strategi dan kecepatan pemulihan jika infrastruktur utama diserang.
Publik internasional dan para pengamat kini menanti langkah selanjutnya: apakah Iran akan kembali melancarkan serangan balasan, atau memilih menahan diri dan memperkuat posisi pertahanannya lebih lanjut.