FYPMedia.id – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diproyeksikan tetap kuat. Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi nasional tumbuh di kisaran 4,8%-5,6% pada 2025, didukung oleh konsumsi rumah tangga, investasi, serta kinerja ekspor yang terus membaik. Proyeksi ini juga dipengaruhi oleh sinergi kebijakan moneter dan fiskal yang semakin solid.
Gubernur BI Perry Warjiyo menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mencapai target tersebut.
“Dengan sinergi tersebut InsyaAllah ekonomi Indonesia 2025 dan 2026 akan menunjukkan kinerja yang cukup tinggi dan akan membaik,” ujarnya dalam Pertemuan Tahunan BI, Jumat (29/11).
Namun, pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 menetapkan target yang lebih konservatif, yakni 5,2%. Wakil Menteri Keuangan I Suahasil Nazara menyebut bahwa pemerintah tetap optimistis terhadap potensi ekonomi Indonesia, meski memasang target lebih rendah dari batas atas proyeksi BI.
Baca juga: Polemik Kenaikan PPN 12%: Solusi Fiskal atau Beban Baru bagi Ekonomi?
“Tapi potensi Indonesia mungkin saja lebih dari (5,2%) kita yakin lebih tinggi. Tapi di APBN kita gunakan angka 5,2%,” turur Suahasil.
Optimisme dan Risiko Eksternal
Sejalan dengan pemerintah dan BI, Permata Institute for Economic Research (PIER) juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,15% pada 2025. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyatakan bahwa konsumsi rumah tangga dan investasi tetap menjadi motor penggerak utama ekonomi nasional.
Konsumsi rumah tangga diprediksi akan tetap stabil pada 2025 dengan kisaran 4,5% hingga 5,3%, dan meningkat menjadi 4,8% hingga 5,6% pada 2026.
Angka ini sejalan dengan target tahun ini yang berada di kisaran 4,7% hingga 5,5%. Di sisi lain, investasi diproyeksikan tumbuh menjadi 4,4% hingga 5,2% pada 2025, lalu meningkat lagi ke kisaran 4,7% hingga 5,5% pada 2026, melampaui target tahun ini sebesar 4,2% hingga 5%.
Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan menunjukkan hasil positif dengan pertumbuhan 4,8% hingga 5,6% pada 2025, dan melonjak menjadi 5,7% hingga 6,5% pada 2026, lebih tinggi dibandingkan target tahun ini yang berkisar antara 4,1% hingga 4,9%.
Namun, risiko eksternal seperti kebijakan proteksionis Amerika Serikat, perlambatan permintaan global, serta volatilitas harga komoditas perlu menjadi perhatian.
Baca juga: UMP Naik 6,5 Persen: Buruh Tidak Puas, Pengusaha Cemas
Selain itu, kebijakan domestik seperti kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% pada 2025 juga berpotensi memberikan tekanan terhadap daya beli masyarakat.
Peluang dari Investasi dan Perdagangan
Pemerintah optimistis terhadap prospek investasi yang diproyeksikan tumbuh hingga 5,2% pada 2025, meskipun masih menghadapi tantangan global, termasuk kebijakan perdagangan Amerika Serikat di era Presiden Donald Trump.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto turut menyoroti tantangan global, terutama terkait kebijakan perdagangan Amerika Serikat di era Presiden Donald Trump. Saat ini, Indonesia masih belum memperoleh kelonggaran tarif melalui Generalized System of Preferences (GSP), yang menyebabkan produk Indonesia dikenakan tarif tinggi di pasar AS.
Meski begitu, Airlangga menilai Indonesia memiliki peluang besar untuk menarik investasi langsung sebagai alternatif dari China.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi 2024: Mengapa Kuartal IV Jadi Penentu Utama?
“Kita berharap positioning Indonesia akan lebih baik, termasuk alternatif direct investment dari China ke Indonesia,” ujarnya.
Dengan inflasi yang diperkirakan terkendali pada 2,5% ± 1%, nilai tukar rupiah yang menguat, serta aliran investasi yang terus masuk, Indonesia memiliki prospek ekonomi yang cerah. Namun, pemerintah dan BI tetap harus waspada terhadap berbagai risiko domestik maupun global.
Sinergi kebijakan fiskal dan moneter yang baik, didukung oleh upaya menjaga konsumsi dan investasi diharapkan dapat menjadi kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Target 5,2% dalam APBN 2025 bisa menjadi pijakan awal untuk mewujudkan ekonomi Indonesia yang lebih tangguh di masa depan.