FYPMedia.ID – Ekonomi Inggris kembali mengalami kontraksi pada kuartal ketiga 2024, meskipun hasil ini lebih baik dari perkiraan yang sebelumnya mengantisipasi penurunan yang lebih dalam. Data yang dirilis Kamis (12/12) menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris turun 0,2% pada kuartal ketiga, sedikit lebih rendah daripada estimasi awal yang mencatatkan kontraksi 0,3%.
Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Inggris untuk kuartal ketiga juga tercatat melambat. PDB Inggris hanya mencatatkan kenaikan 0,4% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, sedikit di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksikan angka pertumbuhan 0,5%.
Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun ada sedikit perbaikan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, perekonomian Inggris masih kesulitan untuk mencapai momentum pertumbuhan yang kuat.
Beberapa faktor utama yang berkontribusi pada kontraksi ini adalah penurunan permintaan domestik yang dipicu oleh tingkat inflasi yang tinggi, serta kebijakan moneter yang ketat.
Masyarakat Inggris kini menghadapi biaya hidup yang lebih tinggi akibat inflasi yang belum terkendali, sementara suku bunga yang tinggi sebagai respons terhadap inflasi mengurangi daya beli konsumen dan membatasi investasi bisnis.
Sektor-sektor yang terpengaruh secara signifikan adalah manufaktur dan konstruksi. Kedua sektor ini mencatatkan penurunan yang cukup tajam seiring dengan berkurangnya permintaan domestik.
Penurunan produksi industri, ditambah dengan menurunnya belanja konsumen, memperburuk prospek ekonomi Inggris. Hal ini terlihat jelas pada penurunan sektor konstruksi yang telah lama menjadi salah satu pilar pertumbuhan ekonomi Inggris.
Suku bunga tinggi yang diterapkan oleh Bank of England (BoE) untuk menekan inflasi memberikan dampak ganda terhadap ekonomi. Sementara tujuan utama dari kebijakan ini adalah untuk menstabilkan harga dan menjaga daya beli masyarakat, efek sampingnya adalah pengurangan konsumsi rumah tangga dan melambatnya investasi.
Banyak perusahaan menunda pengeluaran atau ekspansi karena biaya pinjaman yang lebih mahal, sementara konsumen menjadi lebih berhati-hati dalam mengelola pengeluaran mereka.
Bank of England sudah menegaskan bahwa mereka akan terus fokus pada pengendalian inflasi meskipun ada dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, banyak ekonom memperkirakan bahwa kebijakan suku bunga tinggi ini akan terus memberikan tekanan terhadap perekonomian Inggris dalam waktu dekat.
Baca Juga: Harga Jual Eceran Rokok Konvensional dan Elektrik Naik pada 2025
Meskipun data kuartal ketiga menunjukkan penurunan yang lebih kecil daripada yang diperkirakan sebelumnya, prospek ekonomi Inggris ke depan tetap penuh tantangan. Banyak analis memperkirakan bahwa ekonomi Inggris akan terus melambat dalam beberapa bulan mendatang, dengan prospek pertumbuhan yang terbatas pada tahun 2025.
Namun, ada beberapa sektor yang tetap diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan dalam jangka panjang, seperti teknologi, energi terbarukan, dan sektor jasa.
Teknologi, misalnya, telah menjadi salah satu sektor yang berkembang pesat di Inggris dalam beberapa tahun terakhir dan diperkirakan akan terus mendorong ekonomi ke depan. Begitu pula dengan sektor energi terbarukan yang diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru serta mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Pemerintah Inggris dan Bank of England menghadapi tantangan besar dalam merancang kebijakan yang dapat mendorong pemulihan ekonomi tanpa menambah tekanan inflasi. Selain itu, faktor eksternal seperti ketidakpastian ekonomi global dan ketegangan geopolitik juga dapat mempengaruhi prospek ekonomi Inggris ke depan.
Pemerintah diharapkan untuk mengambil langkah-langkah yang lebih berfokus pada mendukung sektor-sektor yang mendorong inovasi dan penciptaan lapangan kerja, seperti teknologi dan energi bersih. Di sisi lain, masyarakat juga harus siap menghadapi kemungkinan dampak dari kebijakan moneter yang lebih ketat dalam jangka pendek, yang berpotensi menambah beban keuangan mereka.
Baca Juga: Amerika Serikat dan Jepang Berencana Investasi Teknologi Nuklir di Indonesia
Kontraksi ekonomi Inggris pada kuartal ketiga 2024 menggambarkan bahwa negara ini masih menghadapi banyak tantangan. Meskipun data ini lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya, kondisi ekonomi yang lemah tetap menjadi perhatian utama. Dengan ketidakpastian global yang terus berlanjut, Inggris harus menghadapi upaya pemulihan yang lebih rumit, yang memerlukan kebijakan yang hati-hati dan terukur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan ke depan.