Darurat Militer Korea Selatan Guncang Ekonomi, Nilai Won Anjlok 1,4 %

Pemakzulan Yoon Suk Yeol Disetujui 204 Suara, Bagaimana Masa Depan Korsel?

FYPMedia.id – Deklarasi darurat militer yang mengejutkan oleh Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, pada Selasa (3/12/2024), memicu gejolak politik dan ekonomi di negara tersebut. 

Langkah ini diambil dengan alasan mengantisipasi ancaman dari kekuatan oposisi yang dianggap berupaya menggulingkan pemerintahan. Meski hanya berlaku selama enam jam, keputusan ini berdampak signifikan pada pasar keuangan Korea Selatan dan membuka peluang bagi negara lain, termasuk Indonesia.

Baca juga: Ekonomi Indonesia 2025: Target 5,2% dan Proyeksi BI hingga 5,6%

Dampak Ekonomi

Nilai mata uang won Korea Selatan anjlok 1,4 persen, menyentuh level terendah dua tahun di angka 1.442 won per dolar AS pada Rabu pagi. Indeks saham KOSPI juga melemah hampir 2 persen, menekan perusahaan besar seperti Samsung Electronics dan LG Energy Solution. 

Langkah darurat ini memaksa Bank of Korea dan pemerintah untuk menggelar rapat darurat guna memastikan stabilitas pasar.

“Kami akan menyuntikkan likuiditas tanpa batas ke saham, obligasi, pasar uang jangka pendek, dan pasar valas hingga semuanya kembali normal,” ujar juru bicara Kementerian Keuangan Korea Selatan. 

Bank of Korea bahkan menyiapkan dana stabilisasi pasar sebesar 10 triliun won atau sekitar Rp112 triliun.

Namun, tindakan Yoon memicu kritik tajam di dalam negeri. Sebanyak 190 dari 300 anggota parlemen menolak darurat militer tersebut, memaksa pencabutannya hanya beberapa jam setelah diumumkan. Langkah ini dinilai merusak reputasi Korea Selatan sebagai negara demokrasi yang stabil.

Baca juga: UMP Naik 6,5 Persen: Buruh Tidak Puas, Pengusaha Cemas

Peluang bagi Indonesia

Kisruh politik di Korea Selatan memberikan peluang strategis bagi Indonesia untuk menarik investasi asing. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, stabilitas politik di Indonesia menjadi daya tarik utama bagi investor.

“Kalau kita lihat tadi malam sempat tegang sedikit dengan apa yang terjadi di Korea Selatan sempat mengumumkan martial law dan dibatalkan oleh 190 anggota kongres. Dan ini mungkin stabilitas kawasan Korea belum selesai. Nah, oleh karena itu, balik lagi, inilah opportunity dan kesempatan bagi Indonesia,” ujar Airlangga, Rabu (3/12/2024).

Selain itu, Indonesia juga diuntungkan oleh komitmen investasi besar dari perusahaan seperti British Petroleum (US$7 miliar) dan ExxonMobil (US$15 miliar). Pemerintah Indonesia menargetkan investasi mencapai Rp2.100 triliun pada 2025, dengan optimisme bahwa situasi global seperti di Korea Selatan dapat menjadi peluang untuk menarik lebih banyak investor asing.