FYPMEDIA.ID – Menurut laporan terbaru dari AidData, sebuah lembaga riset dari William & Mary Global Research Institute, China telah menjadi negara pemberi utang terbesar di dunia. Dalam publikasi pada akhir 2023, disebutkan bahwa China telah menginvestasikan sekitar USD 1,3 triliun (sekitar Rp 20.395 triliun) dalam proyek Belt and Road Initiative (BRI), yang bertujuan membangun infrastruktur global seperti jalur transportasi dan perdagangan yang lebih efisien.
Dalam laporan lain dari Statista pada Maret 2023, tercatat bahwa China menguasai 37% dari total utang negara-negara berpenghasilan rendah pada tahun 2020, dengan sebagian besar negara penerima utang berada di Afrika, Asia Tenggara, Asia Tengah, dan Pasifik.
Belt and Road Initiative atau Jalur Sutra Baru merupakan proyek ambisius yang mendanai pembangunan infrastruktur penting di berbagai negara, termasuk pelabuhan, kereta api, dan infrastruktur darat. Program ini memperkuat pengaruh ekonomi China di seluruh dunia.
Sejak dua dekade terakhir, China telah tumbuh pesat secara ekonomi dan kini menjadi kreditor utama negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan total pinjaman sebesar USD 180 miliar pada 2022. Pinjaman ini digunakan untuk mendanai proyek infrastruktur, yang juga memberi China akses ke sumber daya strategis, sekaligus memperkuat hubungan geopolitiknya.
Baca juga: Utang Jatuh Tempo Indonesia Capai Rp 800 Triliun
Berdasarkan data dari Bank Dunia, berikut adalah negara-negara dengan utang terbesar ke China dalam mata uang USD:
Pakistan (USD 26,6 miliar)
Pakistan memiliki utang terbesar kepada China dengan dana yang sebagian besar digunakan untuk pembiayaan proyek infrastruktur dan sektor energi. Pinjaman ini sering kali dikenakan bunga komersial tinggi, menunjukkan ketergantungan pada pembiayaan yang mahal.
Angola (USD 21,0 miliar)
Negara Afrika ini memiliki utang besar kepada China, terutama didorong oleh sektor minyak. Ketergantungan Angola pada sektor energi menjadi faktor utama dalam pembiayaan utangnya, menunjukkan betapa pentingnya industri ini bagi perekonomian negara tersebut.
Sri Lanka (USD 8,9 miliar)
China adalah kreditor terbesar Sri Lanka dengan pinjaman sekitar USD 8,9 miliar. Posisi strategis Sri Lanka di jalur perdagangan internasional membuatnya menarik bagi China, yang berpotensi memanfaatkan pelabuhan Sri Lanka untuk tujuan geopolitik. China terus berinvestasi meskipun ada pembicaraan mengenai restrukturisasi utang.
Ethiopia (USD 6,8 miliar)
Ethiopia memiliki utang signifikan kepada China, dengan total mencapai USD 6,8 miliar. Negara ini juga mendapatkan penangguhan pembayaran utang pada 2023, yang direncanakan berakhir pada Juli 2024.
Kenya (USD 6,7 miliar)
Kenya masuk dalam daftar negara dengan utang terbesar kepada China, dengan total mencapai USD 6,7 miliar. Meski sebagian besar utang luar negerinya berasal dari pinjaman multilateral, Kenya menghadapi risiko tinggi terkait krisis utang, menurut penilaian IMF dan Bank Dunia.
Secara keseluruhan, utang negara-negara ini mencerminkan peran China yang semakin besar dalam mendanai pembangunan infrastruktur global dan memperkuat posisi ekonominya di dunia.