FYPMedia.ID – Banjir kembali melanda wilayah Jakarta Selatan, khususnya di Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu, pada Selasa (4/3/2025). Akibatnya, sebuah mushala di RW 08 terendam hingga hanya menyisakan bagian atap dan kubah yang terlihat. Selain itu, ratusan rumah warga di bantaran Kali Ciliwung juga ikut terdampak.
Mushala Terendam, Hanya Kubah yang Tampak
Pantauan di lokasi menunjukkan kondisi mushala yang nyaris tenggelam sepenuhnya akibat banjir. Dari atas Jembatan Condet, hanya atap genting dan kubah yang tampak di permukaan air. Di sekitar mushala, air cokelat tampak mengepung bangunan, sementara pepohonan dan satu tiang pengeras suara masih terlihat berdiri tegak.
Menurut Salim (56), salah satu warga setempat, kondisi ini merupakan kejadian yang lebih parah dibandingkan dengan banjir sebelumnya. “Kemarin juga terendam, cuma enggak sampai segini,” ujarnya saat ditemui di Jembatan Condet.
Baca juga: 7 Fakta Mengejutkan Tentang Kerja Rodi: Digaji Tapi Dikemplang oleh Sesama Bangsa
Banjir Akibat Luapan Kali Ciliwung
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta melaporkan bahwa hujan dengan intensitas tinggi pada Minggu malam (2/3/2025) menyebabkan kenaikan air di Bendung Katulampa, Bogor Timur. Hal ini mengakibatkan luapan Kali Ciliwung yang berimbas pada permukiman warga Jakarta Selatan, termasuk di Pejaten Timur.
BPBD mencatat pada Selasa (4/3/2025) pukul 07.00 WIB, sebanyak 59 RT di Jakarta terdampak banjir. Debit air yang tinggi membuat sejumlah warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Permukiman Warga Juga Terendam, Warga Mengungsi
Selain mushala, permukiman warga di sekitar Jalan Masjid Al Makmur, Pejaten Timur, juga terendam banjir. Air mulai masuk ke rumah-rumah warga sejak tengah malam dan terus naik hingga mencapai ketinggian satu meter pada dini hari.
Tantri, salah satu warga yang terdampak, mengatakan bahwa banjir merupakan kejadian rutin di daerah tersebut. “Setiap tahun kalau sudah masuk musim hujan pasti banjir,” ungkapnya.
Tantri dan warga lainnya segera mengungsi ke musala setempat yang lokasinya lebih tinggi dan lebih aman. Mereka membawa serta barang-barang berharga untuk menghindari kerusakan akibat terendam air.
Sementara itu, petugas BPBD Jakarta Selatan telah dikerahkan ke lokasi sejak dini hari. Mereka berjaga dan bersiaga untuk membantu warga yang membutuhkan evakuasi. Hingga pagi hari, sejumlah warga masih bertahan di lokasi yang lebih tinggi, menunggu air surut.
Harapan Warga: Normalisasi Kali Ciliwung
Banjir yang terjadi di Pejaten Timur bukanlah fenomena baru. Setiap musim hujan, wilayah ini selalu menjadi langganan banjir akibat luapan Kali Ciliwung. Oleh karena itu, warga berharap agar pemerintah segera mengambil langkah nyata untuk mengatasi masalah ini.
“Kami berharap Pemprov DKI Jakarta kembali mengeruk kali supaya bisa menampung air lebih banyak dan mengurangi risiko banjir,” ujar seorang warga.
Langkah normalisasi Kali Ciliwung memang telah lama menjadi solusi yang diusulkan oleh berbagai pihak untuk mengatasi banjir di Jakarta. Selain itu, pembangunan tanggul dan perbaikan drainase di wilayah-wilayah rawan banjir juga menjadi hal yang mendesak untuk dilakukan.
Baca juga: Ahok Siap Bantu Ungkap Kasus Korupsi di Pertamina, Sebut Oknum BPK Diduga Terlibat
Upaya Pemerintah dalam Menangani Banjir
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bersama BPBD terus berupaya mengatasi banjir dengan berbagai cara. Salah satu langkah yang diambil adalah pemantauan debit air di Bendung Katulampa serta pemberitahuan dini kepada warga agar mereka dapat bersiap menghadapi kemungkinan banjir.
Selain itu, Pemprov DKI juga telah melakukan pengerukan di beberapa titik Kali Ciliwung, meskipun proses ini masih berlangsung secara bertahap. Pemerintah juga tengah mengkaji program relokasi bagi warga yang tinggal di bantaran sungai untuk mengurangi risiko banjir yang lebih besar di masa mendatang.
Banjir di Pejaten Timur menjadi pengingat bagi seluruh pihak bahwa masalah banjir di Jakarta masih memerlukan solusi yang lebih menyeluruh. Tidak hanya dari sisi infrastruktur, tetapi juga kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan ke sungai dan mengikuti prosedur evakuasi yang telah ditetapkan.
Banjir kiriman dari Bogor yang melanda Pejaten Timur kali ini menunjukkan dampak yang cukup besar, terutama dengan tenggelamnya mushala serta ratusan rumah warga yang ikut terdampak. Dengan kondisi ini, diperlukan penanganan serius dan langkah preventif dari pemerintah untuk mengurangi risiko banjir di masa depan.
Sementara itu, warga diimbau untuk tetap waspada terhadap kemungkinan banjir susulan, mengingat curah hujan yang masih tinggi dalam beberapa hari ke depan. Bagi yang terdampak, upaya evakuasi dan bantuan logistik akan terus diberikan oleh pemerintah setempat hingga kondisi kembali normal.