7 Fakta Menarik Tentang Aplikasi Temu yang Dianggap Lebih Berbahaya dari TikTok Shop oleh Menteri Teten

aplikasi

 

FYPMEDIA.ID-Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, baru-baru ini mengungkapkan kekhawatirannya terhadap aplikasi marketplace asal China, Temu, yang dinilai bisa menjadi ancaman besar bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Teten bahkan menyebut bahwa Temu berpotensi lebih berbahaya dibandingkan TikTok Shop. Berikut ini adalah tujuh fakta menarik tentang aplikasi Temu yang menjadi perhatian besar bagi pemerintah Indonesia.

 

Koneksi Langsung Antara Pabrik dan Konsumen

Salah satu alasan utama mengapa Teten Masduki menganggap Temu lebih berbahaya dibandingkan TikTok Shop adalah kemampuan aplikasi ini untuk menghubungkan langsung pabrik di China dengan konsumen di Indonesia. Dengan model bisnis ini, barang-barang bisa dikirim langsung dari pabrik ke konsumen tanpa harus melalui perantara seperti distributor atau reseller. Hal ini memotong banyak rantai distribusi dan berpotensi menghilangkan banyak lapangan kerja di sektor tersebut.

 

Dampak Lebih Besar Dibanding TikTok Shop

Menurut Teten, meskipun TikTok Shop juga menjadi perhatian, namun aplikasi ini masih memberikan peluang bagi reseller dan afiliator, yang pada akhirnya membuka lapangan kerja baru. Sementara itu, Temu, dengan model bisnisnya yang langsung ke konsumen, berpotensi memangkas lebih banyak lapangan kerja di sektor distribusi dan penjualan, yang tentunya sangat merugikan pelaku UMKM di Indonesia.

 

Produksi Massal dengan Harga Murah

Keunggulan lain dari Temu yang sekaligus menjadi ancaman adalah kemampuan pabrikan China untuk memproduksi barang secara massal dengan biaya yang jauh lebih rendah. Barang-barang yang dijual di Temu sering kali dijual dengan harga yang sangat murah, bahkan terkadang sulit ditandingi oleh produk-produk UMKM lokal. Misalnya, ada tablet Android 10 inch yang dijual dengan harga hanya sekitar Rp 890 ribu. Harga yang sangat murah ini tentu sulit diimbangi oleh produk UMKM Indonesia yang memiliki kapasitas produksi lebih kecil.

 

Kekhawatiran Terhadap Hilangnya Lapangan Kerja

Teten menekankan bahwa model bisnis Temu yang langsung dari pabrik ke konsumen bisa memotong banyak lapangan kerja yang biasanya ada di sektor distribusi, seperti reseller dan afiliator. Selain itu, harga yang sangat murah juga dapat memaksa konsumen beralih dari produk lokal ke produk impor yang dijual di Temu, yang akhirnya akan berdampak negatif pada sektor UMKM di Indonesia.

 

Regulasi untuk Mengantisipasi Dampak Negatif

Untuk mengantisipasi dampak negatif yang mungkin timbul dari kehadiran aplikasi seperti Temu, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 31 Tahun 2023. Regulasi ini mengatur tentang perizinan usaha, periklanan, pembinaan, dan pengawasan pelaku usaha dalam perdagangan melalui sistem elektronik. Salah satu poin penting dalam peraturan ini adalah larangan penjualan produk di bawah harga 100 dollar AS secara cross-border, yang diharapkan dapat melindungi pelaku UMKM di Indonesia dari persaingan yang tidak sehat.

 

Popularitas Temu yang Meluas

Meskipun baru diluncurkan pada tahun 2022 di Amerika Serikat, aplikasi Temu telah mendapatkan popularitas yang luar biasa. Berdasarkan data dari Statista, Temu diunduh sebanyak 30 juta kali dalam satu bulan, menjadikannya aplikasi belanja nomor satu di Apple App Store dan Google Play Store. Hingga saat ini, aplikasi Temu sudah tersedia di lebih dari 58 negara dan diunduh lebih dari 100 juta kali secara global.

 

Kontroversi dan Keluhan dari Pengguna Aplikasi

Meskipun populer, aplikasi Temu tidak luput dari kontroversi dan keluhan pengguna. Sejumlah pengguna melaporkan bahwa produk yang mereka beli dari Temu tiba dengan sangat lambat, bahkan ada yang tidak sampai sama sekali. Selain itu, kualitas produk yang dijual dengan harga sangat murah ini juga kerap menjadi keluhan. Di Amerika Serikat, Temu memiliki rating rata-rata hanya 2,5 dari 5 bintang dan tidak memiliki akreditasi dari Better Business Bureau (BBB). Selain itu, ada juga tuduhan bahwa aplikasi ini berisiko, terutama setelah Google menangguhkan aplikasi saudaranya, Pinduoduo, karena ditemukan mengandung malware.

 

Aplikasi Temu jelas membawa tantangan baru bagi pelaku UMKM di Indonesia. Dengan model bisnis yang langsung menghubungkan pabrik dengan konsumen, aplikasi ini menawarkan harga yang sangat kompetitif, namun di sisi lain berpotensi mengancam eksistensi UMKM lokal. Pemerintah dan pelaku usaha di Indonesia perlu bersiap untuk menghadapi tantangan ini agar dapat melindungi ekonomi lokal dari dampak negatif globalisasi digital.

Comments are closed.