Abidzar Al Ghifari Kena Cancel Culture di Film Business Proposal 2025? Cancel atau Comeback?

business proposal

FYPMedia.ID – Industri hiburan Indonesia tengah dihebohkan oleh kontroversi yang melibatkan Abidzar Al Ghifari, pemeran utama dalam adaptasi lokal drama Korea A Business Proposal. Sikap Abidzar yang dianggap kurang profesional dan pernyataannya yang kontroversial mengenai drama asli Korea memicu gelombang cancel culture yang berdampak pada rendahnya minat publik terhadap film tersebut.

Pernyataan Abidzar yang Memicu Kontroversi

Dalam sebuah wawancara, Abidzar mengungkapkan bahwa dirinya hanya menonton episode pertama dari versi asli A Business Proposal. Alasannya, ia ingin membentuk karakternya sendiri tanpa terlalu terpengaruh oleh versi Korea. Namun, pernyataannya yang menyebut penggemar drama Korea sebagai “fans fanatik” memicu reaksi keras di media sosial.

Pernyataan ini dianggap sebagai bentuk ketidakprofesionalan dan kurangnya penghargaan terhadap sumber materi asli. Komunitas penggemar K-Drama di Indonesia, yang dikenal sangat loyal, merasa tersinggung dan kecewa. Tak lama setelah wawancara tersebut, media sosial dipenuhi kritik terhadap Abidzar, menyerukan boikot terhadap film tersebut.

Baca Juga:  Film “Perayaan Mati Rasa” Telusuri Kedalaman Emosi Dibaliknya

Gelombang Cancel Culture dan Seruan Boikot

Tagar #BoikotAbidzar dan #CancelCulture menjadi trending di Twitter, mencerminkan kekecewaan netizen. Banyak yang menilai bahwa sebagai aktor, Abidzar seharusnya lebih menghargai karya asli dan bersikap profesional dalam mempersiapkan perannya. Sejumlah akun besar di media sosial turut mengkritik Abidzar, menegaskan pentingnya menghormati sumber asli dalam proyek adaptasi.

Beberapa penggemar bahkan menyatakan lebih memilih menonton ulang versi Korea daripada mendukung adaptasi lokal yang dianggap tidak menghormati cerita aslinya. Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh penggemar dalam menentukan kesuksesan sebuah proyek hiburan, terutama di era digital.

Permintaan Maaf Abidzar

Melihat kritik yang semakin meluas, Abidzar akhirnya mengeluarkan permintaan maaf melalui akun Instagram pribadinya pada 4 Februari 2025. Dalam unggahannya, ia menulis, “Saya memohon maaf kepada semua pihak yang merasa tersakiti atas ucapan dan sikap saya. Saya mengakui kesalahan saya dan menjadikan ini sebagai pelajaran untuk lebih bijaksana ke depannya.”

Permintaan maaf ini mendapat beragam tanggapan. Sebagian netizen menerima dan menganggapnya sebagai langkah yang baik, sementara yang lain menilai permintaan maaf tersebut tidak cukup untuk memperbaiki citranya. Beberapa juga menuduh bahwa permintaan maaf itu hanya sekadar formalitas akibat tekanan publik.

Dampak pada Film dan Respons Falcon Pictures

Falcon Pictures, sebagai rumah produksi, turut menyampaikan permintaan maaf kepada publik sebelum jadwal rilis film pada 6 Februari 2025. Mereka menegaskan bahwa meskipun terjadi kontroversi, film ini tetap mengusung kualitas terbaik dan meminta publik untuk menilai film berdasarkan hasil akhir, bukan hanya karena kontroversi yang melibatkan pemeran utamanya.

Namun, data awal pemesanan tiket menunjukkan minat yang jauh lebih rendah dari ekspektasi. Banyak bioskop yang awalnya menyiapkan banyak layar untuk film ini mulai mengurangi slot penayangan karena minimnya permintaan. Hal ini menjadi pukulan telak bagi Falcon Pictures yang telah berinvestasi besar dalam proyek ini.

Baca Juga: Film Dokumenter “No Other Land” Masuk Nominasi Oscar

Pelajaran dari Kasus Ini

Kontroversi Abidzar menjadi pengingat penting bagi aktor dan insan perfilman bahwa sensitivitas terhadap penggemar dan sumber asli sangat krusial. Terutama dalam proyek adaptasi, menghargai karya asli dan basis penggemarnya dapat menjadi faktor penentu kesuksesan. Di era media sosial, kesalahan kecil dapat dengan cepat berkembang menjadi gelombang cancel culture yang merugikan karier dan proyek yang sedang berjalan.

Bagi Abidzar, kejadian ini menjadi pengalaman berharga dalam menavigasi industri hiburan yang semakin terbuka terhadap kritik publik. Apakah permintaan maafnya cukup untuk memperbaiki citranya? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, satu hal yang pasti, insiden ini akan selalu menjadi pengingat tentang pentingnya kehati-hatian dalam berbicara dan bertindak di depan publik.