FYP Media.id – Pada Sabtu, 22 Maret 2025 – Pasar keuangan Turki mengalami guncangan hebat di tengah gelombang protes masyarakat akibat penahanan rival politik utama Presiden Recep Tayyip Erdogan. Kondisi ini menyebabkan bursa saham anjlok drastis hingga otoritas pasar harus menghentikan sementara aktivitas perdagangan. Mata uang lira juga mengalami pelemahan terbesar dalam sejarahnya, memperparah situasi ekonomi negara tersebut.
Indeks Bursa Turki mengalami kejatuhan signifikan dan harus dihentikan perdagangannya karena penurunan tajam. Pada perdagangan Jumat (21/3/2025), Bursa Turki ditutup di level 9.044,64 setelah mengalami penurunan 7,81%. Ini menandai rekor negatif selama empat hari berturut-turut dengan total penurunan sebesar 16,73%. Dalam sepekan, indeks Bursa Turki merosot 16,57%, menjadi yang terburuk sejak Krisis Keuangan Global tahun 2008, di mana bursa sempat jatuh 17,6% dalam satu pekan.
Saking drastisnya penurunan, Bursa Turki sempat dihentikan sementara pada Jumat pukul 11.27 waktu setempat setelah indeks mengalami penurunan 7,01% dalam satu sesi perdagangan.
Baca juga: Khamenei: AS dan Israel Sebagai Dalang Jatuhnya Rezim Assad, Turki dan Negara Tetangga Terlibat
Mata uang lira Turki juga mengalami keterpurukan yang luar biasa. Dalam sepekan terakhir, lira terdepresiasi sebesar 2,3%, ditutup di level ₺37,36 per dolar AS. Bahkan, nilai tukarnya sempat menyentuh titik terendah sepanjang masa di ₺37,56 per dolar AS pada Rabu (19/3/2025). Secara keseluruhan, lira telah melemah 6,7% sejak awal tahun ini.
Di sisi lain, obligasi pemerintah Turki yang berdenominasi dolar mengalami penurunan nilai selama tiga hari berturut-turut, dengan obligasi jangka panjang kehilangan hingga 2 sen. Hal ini menyebabkan kerugian mingguan lebih dari 3 sen, yang merupakan penurunan terbesar sejak Januari 2024.
Meskipun bank sentral Turki telah mengambil langkah-langkah agresif, krisis tetap tidak terelakkan. Central Bank of the Republic of Turkey (CBRT) dilaporkan telah menghabiskan sekitar $10 miliar cadangan devisa untuk menahan pelemahan lira setelah mencapai rekor terendah.
Selain itu, bank sentral juga mengambil langkah-langkah likuiditas guna membatasi volatilitas pasar dan meredam permintaan terhadap mata uang asing. CBRT menangguhkan lelang repo satu minggu dan menaikkan suku bunga pinjaman overnight menjadi 46%. Para ekonom menilai bahwa kebijakan ini setara dengan pengetatan moneter sebesar 350-400 basis poin.
Namun, langkah ini berdampak pada peningkatan biaya pendanaan perbankan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kenaikan suku bunga pinjaman dan penurunan volume kredit.
Menteri Keuangan Turki, Mehmet Simsek, menyatakan bahwa gejolak di pasar bersifat sementara dan pemerintah telah menyiapkan berbagai langkah untuk menanganinya. Dalam pertemuan dengan Asosiasi Perbankan Turki (TBB), Simsek menegaskan bahwa program ekonomi pemerintah tetap berjalan sesuai rencana.
Bank sentral sendiri telah berjanji untuk memperketat kebijakan jika terjadi penurunan signifikan dan berkelanjutan dalam inflasi. Suku bunga overnight bahkan naik 134 basis poin menjadi 43,64%. Kondisi ini membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga pada pertemuan CBRT berikutnya, yang dijadwalkan pada 17 April, semakin kecil.
Sebelumnya, bank sentral telah memangkas suku bunga kebijakan sebesar 750 basis poin sejak Desember menjadi 42,5% setelah melewati periode pengetatan selama 18 bulan. Namun, gejolak yang terjadi membuat investor mulai meragukan apakah pelonggaran kebijakan akan berlanjut sepanjang tahun ini.
Baca juga: Uang Beredar RI Sentuh Rp 9.239,9 Triliun per Februari 2025, Apa Artinya untuk Ekonomi?
Menurut JPMorgan, setelah lonjakan suku bunga overnight pada Kamis lalu, bank sentral kemungkinan akan mempertahankan suku bunga di level 42,5% pada April dan baru akan melanjutkan pemangkasan suku bunga mulai 19 Juni.
Gelombang protes dan ketegangan politik menjadi pemicu utama anjloknya pasar keuangan Turki. Penahanan Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu, yang merupakan rival utama Erdogan, memicu kemarahan publik. Imamoglu ditahan pada Rabu (19/3/2025) dengan tuduhan korupsi dan membantu organisasi teroris. Oposisi menilai bahwa tindakan ini bermotif politik dan bertujuan untuk menghalangi Imamoglu dalam pemilu mendatang.