FYP Media.id – Pada Senin, 7 April 2025 – Rosario de Marshall, yang lebih dikenal sebagai Hercules, merupakan sosok yang memiliki perjalanan hidup penuh warna. Dari seorang figur yang kerap dikaitkan dengan dunia kriminal, ia kini bertransformasi menjadi tokoh yang aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan setelah memeluk Islam pada tahun 1990.
Saat ini, Hercules menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya. Ia mengungkapkan bahwa setelah menjadi seorang Muslim, ia semakin mendalami ibadah dan kerap terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, khususnya di lingkungan pesantren.
Baca juga: Polisi Usut ‘Jagoan Cikiwul’ yang Memalak Perusahaan di Bekasi
“Alhamdulillah, saya sekarang semakin rajin beribadah. Saya juga aktif berbagi dan banyak terlibat dalam kegiatan sosial, terutama di pesantren,” ujar Hercules saat menghadiri acara halal bihalal di Pondok Pesantren (Pontren) As’adiyah Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, pada Minggu (6/4). Acara tersebut juga dihadiri oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.
Sebagai bentuk dukungan terhadap pendidikan agama, Hercules menyumbangkan dana sebesar Rp50 juta kepada pengelola pesantren tersebut.
“Saya baru saja pulang dari umrah. Tapi, ketika mendapat undangan dari Wajo, saya langsung ke sini (Pontren As’adiyah). Meskipun ada banyak undangan lainnya, saya memilih untuk datang ke Wajo,” ungkapnya.
Dalam kunjungan tersebut, Hercules didampingi oleh istrinya serta beberapa sahabatnya, di antaranya Ustaz Salahuddin Ayub dan dr. Wachyudi Muchsin, serta sejumlah pengurus GRIB wilayah Sulawesi Selatan.
Perjalanan Hidup Hercules: Dari Dunia Jalanan ke Kehidupan Religius
Hercules bukanlah sosok asing di dunia jalanan. Lahir di Timor Timur (sekarang Timor Leste), ia dikenal sebagai figur yang kuat dan memiliki pengaruh besar di dunia premanisme Jakarta pada era 1980-an hingga 1990-an. Namanya kerap dikaitkan dengan berbagai kasus kriminal, termasuk penguasaan lahan hingga bentrokan antar kelompok.
Namun, hidupnya mulai berubah ketika ia memutuskan untuk memeluk Islam pada tahun 1990. Keputusan ini bukanlah hal yang mudah, mengingat ia telah lama hidup di dunia keras dan penuh konflik. Meski mengakui bahwa pemahamannya terhadap ajaran Islam masih terus berkembang, ia merasakan perubahan besar dalam kehidupannya setelah menjadi seorang Muslim, terutama setelah dikaruniai dua orang anak.
“Saya dulu hidup di jalanan, dunia yang penuh keras. Tapi Allah memberikan saya hidayah. Saya pun menyadari bahwa hidup ini lebih dari sekadar kekuatan dan pengaruh. Ada tanggung jawab lebih besar, baik kepada keluarga maupun masyarakat,” kata Hercules dalam sebuah wawancara.
Salah satu sahabat Hercules, dr. Wachyudi Muchsin, berharap kisah hidup Hercules dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Menurut Wachyudi, masa lalu tidak seharusnya menjadi penghalang bagi seseorang untuk menjadi lebih bermanfaat bagi orang lain.
Selain mendalami agama, Hercules juga rutin mengadakan pengajian dan memberikan santunan kepada anak yatim setiap hari Jumat di kediamannya di Jakarta.
Baca juga: Pasar Tanah Abang Sepi Jelang Lebaran 2025, Apa Penyebabnya?
“Saat ini, beliau juga aktif sebagai pembina di beberapa pesantren yang berada di Provinsi Banten serta di berbagai daerah lain di Pulau Jawa,” tutup Wachyudi.
Transformasi Hercules dari sosok yang dikenal sebagai figur jalanan menjadi seorang Muslim yang taat dan aktif dalam kegiatan sosial menunjukkan bahwa setiap orang memiliki peluang untuk berubah. Kisahnya menjadi bukti bahwa hidayah bisa datang kepada siapa saja dan mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.